— tak lelah meniti tatanan, tak jengah menata titian
Buat sebagian orang, Yuli
Rachmawati yang biasa disapa Jupe hanyalah penghibur (entertainer). Bagi sebagian orang, Jupe adalah makhluk Tuhan
paling istimewa yang senantiasa dicinta tanpa pernah luntur. Sedangkan untuk
sebagian lainnya, Jupe adalah seorang wanita dengan kesan cemar yang mereka
pandang lacur. Saya sendiri adalah penggemar berat Jupe sejak awal kariernya
dengan kekaguman yang tak pernah berkurang. Meski kini tak terlampau
mengungkapkan dengan lantang (hanya sahabat sejak SMP yang tahu hal ini).
Sebagian orang boleh
menganggap saya melakukan pekerjaan sia-sia. Sesekali duduk terpaku selama
beberapa waktu, menikmati beragam jenis sajian unjuk rasa yang dihadirkan atau
menyinggung nama seorang Julia. Betapa tololnya mengabdikan mata demi menikmati
sajian dari sesama manusia biasa yang derajatnya tampak setara (walau mungkin
martabatnya beda)?
Tapi tahukah mereka bahwa
menikmati sajian tersebut merupakan peristiwa yang sangat bermakna buat saya.
Satu peristiwa yang memberikan sebuah penghiburan, menyuntikkan sejumlah
pengharapan. Satu peristiwa yang bisa mencairkan sukma ketika rasa lara gundah
gulana didera. Satu peristiwa yang bisa memperingatkan diri ketika dihinggapi
rasa kesombongan.
Sekarang, Yuli alias Jupe
sudah berpindah dimensi alam. Di usia yang belum genap 40 tahun, dirinya sudah
menganyam namanya menjadi sanggam. Dengan tetap memperhatikan segala yang telah
diperbuatnya, rasanya tak berlebihan kalau harapan dipanjatkan pada Penguasa
Semesta. Harapan agar Jupe mendapat cinta dari Sang Pencipta.
Jupe berpindah dimensi alam
saat usianya 37 tahun kurang 35 hari. Selama waktu itu, dirinya tak lelah
mengayuh perjalanan yang dilakoni. Perjalanan
yang dilakoni Jupe adalah perpaduan ikhtiar
dan takdir. Sebagian orang boleh saja
mencibir. Meski demikian, Jupe tak langsir ungkapan nyinyir yang dialamatkan padanya dari para tukang pandir. Biarpun
sebagian orang sirik tiada akhir, Jupe terus tetap mengalir.
Sah-sah saja kalau dirinya merasa gembira ikhtiar yang dilakukan selaras dengan takdir yang digariskan. Lebih dari itu, Jupe patut gembira lantaran
kegembiraannya juga bisa menggembirakan manusia lainnya. Sah-sah juga kalau
saya menyebut wanita kelahiran 15 Juli 1980 tersebut adalah guru.
Seorang yang rekam jejaknya layak di-tiru
(menginspirasi) dan pernyataannya pantas di-gugu
(memotivasi).
Perjalanan Jupe menginspirasi dan memotivasi untuk selalu berserah pada
Allah [الإسلام]. Salah satu wujud keberserahan adalah selalu rela dengan takdir
terburuk dari Allah. Kerelaan pada takdir terburuk dari Allah merupakan upaya
menghindari amarah dan tak kabur dari rasa
syukur. Pasalnya amarah cenderung menggiring mata untuk memandang segala
yang nista.
Segala penataan pagelaran Sang Pencipta harus senantiasa diterima dengan legowo. Segala yang ditatakan Pencipta
adalah wujud kekuasaan Ilah [إله] dan kasih Rabbi [رب]. Jupe
menunjukkan pada saya untuk mampu mengendalikan diri bebas dari rasa takut dan
duka cita. Kepada Ilahi-Rabbi, Jupe selalu berserah. Kepada kata-kata
yang dialamatkan padanya, Jupe selalu terserah. Sehingga mampu menjalani
keseharian biasa saja menuju Allah (Jawa: ngalah).
Manusia diciptakan dari Allah dan menuju (Jawa: ngo) ke Allah (Jawa: Alah).
Pandangan fisika menuturkan bahwa kembali tak dimungkinkan secara waktu. Dalam
waktu, pergerakan tak bisa dilakukan mundur namun terus maju. Karena posisi
awal dan akhirnya sama, maka tidak terjadi perpindahan.
Tidak terjadi perpindahan bukan berarti tidak menempuh perjalanan.
Pandangan fisika menuturkan bahwa jarak tempuh sejauh apapun ketika posisi
akhir sama dengan posisi awalnya, dapat disebut tidak terjadi perpindahan.
Seluruh ciptaan Ilahi-Rabbi tak bisa
lepas atas pola mengikuti dan berada dalam batas kelangsungan ‘dari’ ke
‘menuju’ dan berpuncak membentuk lingkaran [إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ].
Entah lingkaran itu tersusun atas lurusan-lurusan atau lurusan-lurusan yang
membentuk lingkaran, tak jelas. Sama tak jelasnya dengan segala peristiwa yang
dialami. Tak jelas peristiwa itu memberi rasa suka atau duka karena ukuran suka
dan duka tergantung suasana yang sedang dirasa. Yang jelas, segala peristiwa
harus segala peristiwa harus diterima dengan legowo.
Dengan legowo menerima segala
penataan pagelaran Sang Pencipta [رَاضِيَةً], sembah rasa cinta pada
Ilahi-Rabbi bisa terus menggelora. Gelora sembah rasa yang membuat manusia tak
lelah menyapa Allah agar dianugerahi setitik Cinta dari-Nya [مَرْضِيَّةً].
Setitik Cinta yang bisa menjadikan makhluk berperasaan berjumpa Pencipta dengan
sapaan mesra:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً
مَرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي ۞
[القرآن الكريم سورة الفجر : ٢٧ - ٣١]
Sapaan mesra yang membuat surga dan neraka tak lagi menjadi perkara
penting. Sebab yang paling penting adalah berada dalam keadaan sepenuhnya
terserap ‘hilang’ menjadi bagian Kirana (kata lain dari Cahaya), ‘satu perkara’
yang tak memiliki massa dan usia. Kirana menjadi ‘satu perkara’ yang
memperlihatkan batas keberlakuan ilmu fisika. Pandangan fisika menuturkan bahwa
segala yang ada di semesta ini lambat laun akan hancur, sedangkan Kirana selalu
ada.
Satu-satunya cara semesta agar tidak hancur hanyalah manunggal dengan Kirana, yang dituturkan bahwa:
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا
مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ
دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا
غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ
عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ
الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ۞
[القرآن الكريم سورة النّور : ٣٥]
Kudus
10 Juni
2017, 12:30
Alobatnic, A
Huge Fan of Jupe
Catatan lain mengenai Yuli:
[1] Menjilati Yuli [lihat]
[2] Membaca Julia [lihat]
[3] Dari Yuli Hingga Julia
[lihat]