Valentino Magnifico


— there must be more to life than this under pressure

Kirana Azalea; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Adib RS; Alobatnic; Pelantan; Santri Scholar; Santri; Scholar; Godly Nationalism; Itz Spring Voice; Valentino Magnifico;

Pesona menahun Valentino Rossi melintas batas nalar terliar. Vale tetap tegap berdiri di jajaran pebalap papan atas sejak pesona Michael Sydney Doohan (Mick) masih bersinar terang hingga sekarang ketika Maverick Viñales Ruiz (Mack) mulai menggelinjang. Vale yang lahir pada tanggal 16 Februari 1979 hanyalah seorang laki yang mencintai ibunya meski lebih cinta orangtua terutama keutuhan keluarga dan rumah tangga.

Ibunya bernama Stefania Palma, seorang surveyor di Tavullia. Bapaknya bernama Graziano Rossi, seorang pebalap profesional kendaraan roda dua maupun roda empat. Stefania Palma dan Graziano Rossi pernah terlibat asmara. Meski perjalanan asmara mereka tak sanggup bertahan sepanjang hayat.

Waktu kecil Vale gemar merakit miniatur sirkuit dengan menggunakan kotak korek api sebagai mobilnya. Tak lama kemudian, dia senang mengendarai sepeda walau dengan kedua kaki yang terentang ke kiri dan kanan. Itulah beberapa pengalaman masa kecil Vale. Saat dia masih menjadi bocah yang penurut dan manis, sebelum berubah menjadi liar saat mulai kenal mesin beroda dua.

Graziano menamainya Valentino sebagai caranya menghormati sahabatnya. Sahabat Graziano yang bernama Valentino mengakhiri bicycle race setelah tewas tenggelam di laut dekat Pesaro saat berusia 18 tahun. Alasan lainnya adalah bahwa memang hari Valentine jatuh dua hari sebelum buah hatinya dilahirkan.

Apapun alasannya, sudah pasti orangtua berharap Vale menjadi seseorang yang berarti, bukan sekadar simbol atas sesuatu. Bukan semata simbol perjuangan cinta juga bukan hanya simbol perlawanan terhadap rezim lalim.

Nama adalah harapan dari pemberi nama kepada yang diberi nama. Selain diucapkan dalam serentetan rangkaian ritual ibadah mahdhah, harapan juga bisa diungkapkan melalui sebuah nama yang disandangkan.

Harapan yang dihembuskan oleh orangtua sedari dini dalam suasana bahagia melalui sebuah nama tentu akan terus menyerta dan memberi daya dorong luar biasa tanpa bisa sirna.

Stefania menyebut bahwa waktu kecil Vale anak yang penurut. Sang ibu juga menuturkan tak seorang pun, baik guru-guru maupun para orangtua siswa lainnya, pernah mengeluhkan perbuatan anaknya saat dia masih di bangku taman kanak-kanak.

Sebagai siswa sekolah, Vale termasuk pintar. Dalam banyak hal lainnya dia juga tak mengalami masalah. Keluarga, tetangga, dan teman merasa senang akan kehadirannya dan menikmati kebersamaan dengannya.

Walau demikian, satu hal yang paling Vale inginkan adalah ikut balapan. Melaju kencang dan sangat kencang. Itulah pilihan yang diambil sebagai identitas penyerta personalitasnya. Dia memilih meninggalkan pendidikan formal di sekolah demi mengikuti kejuaraan balap motor.

Kariernya dimula dengan rasa gelisah yang mendera jiwa. Saat dia harus memutuskan untuk memilih roda empat atau roda dua, go-kart atau sepeda motor. Dia akhirnya memutuskan untuk memilih roda dua, sepeda motor. Aprilia 125 dipilihnya sebagai cinta pertama ketika mulai berlaga.

Vale terus saja berlaga. Dari arena ke arena. Melahap putaran demi putaran sepanjang menggelinjang balapan. Dia melakoni sepenuh hati, menampakkan dengan kentara satu sisi restoe boemi bohemian rhapsody.

Kemenangan pertamanya berhasil menghilangkan ketakutan kedua orangtuanya. Kemenangan keduanya berhasil menghilangkan rasa kurang percaya dirinya. Dan kemenangan ketiganya menyuntikkan rasa yakin diri padanya.

Keberhasilan mencatatkan kemenangan selalu dia ungkapkan dengan ragam macam ekspresi hingga kini. Mengekspresikan kebahagiaan adalah wujud rasa syukur atas anugerah yang didapatkan.

Nomor 46 yang dipakainya kali pertama didapatkan Vale ketika dia ikut balapan minibike. Waktu itu dia satu tim dengan dua teman lain, Marco dan Maurizio Pagano, yang datang dari Gateo a Mare (wilayah yang terletak di Emilia-Romagna, tetangga Parma).

Mereka adalah dua bersaudara yang dengan baik hati meminjamkan motor Aprilia 125 kepada Vale. Motor inilah yang dikendarai Vale ketika memula kariernya di Misano. Vale dan duo Pagano kebetulan bisa memakai nomor yang sama, 46, karena mereka berlaga di tiga kategori balapan yang berbeda.

Mereka sangat mengagumi negeri Jepang sekaligus para pebalap negeri itu. Suatu hari, mereka sangat terpesona waktu melihat salah seorang pebalap di Grand Prix Jepang. Pebalap itu begitu hebat karena mampu melakukan gerakan-gerakan yang mendebarkan, terlihat sangat berani.

Nomor 46 waktu itu dikenakan pebalap Jepang yang mereka kagumi. Sejak saat itulah mereka mulai memakai nomor 46, yang tetap Vale pertahankan hingga kejuaraan di ltalia, kemudian menyusul di Eropa juga. Walakin saat Vale benar-benar telah menjadi juara dunia, dia baru ditawari untuk memilih nomornya sendiri.

Anehnya, Vale baru menyadari kalau nomor 46 adalah nomor yang dipakai bapaknya saat Graziano menjuarai Grand Prix Morbidelli 250 cc tahun 1979. Tahun yang sama saat dia dilahirkan. Karena itulah dia kemudian memutuskan untuk memakai nomor tersebut.

Bagi Vale, nomor 46 adalah lambang kariernya juga bagian dari dirinya. Nomor itu benar-benar melambangkan perjalanan sepanjang menggelinjang bicycle race yang sangat hebat. Bahkan ketika dirinya menjadi juara dunia, nomor 1 yang diperkenankan untuk digunakannya, ditanggalkan. Manunggaling Vale-46 juga Manunggaling Rossi-46 adalah sematan tanpa bantahan.

Sebagai sesama pebalap motor papan atas asal Italia, Vale memiliki interaksi intim dengan Massimiliano Biaggi. Biaggi adalah salah satu pebalap yang dikagumi Vale pada masa remaja. Vale bahkan dengan senang memajang poster Biaggi di kamarnya sebagai bentuk kekagumannya ini.

Selain dengan Biaggi, Vale juga memiliki hubungan mesra dengan Manuel Gibernau Bultó (Sete). Lintasan Losail adalah pemantik kemesraan mereka. Tikungan terakhir Jerez adalah penegasnya. Walau demikian, Vale tetap melihat lawan dalam suasana sukma hening, ketika rasa dhemen-sengit tak lagi menggelayut mewujud kabut jiwa.

Vale pun bisa ikutserta merasakan rasa pebalap liyan. Larut dalam duka mendalam saat Daijirō Katō [加藤 大治郎] tewas mengenaskan di Suzuka. Memuji capaian menawan Casey Joel Stoner (Stoner). Menghadiahkan penampilan menawan untuk pasangan dalam ikatan persahabatan cinta yang tulus ketika Nicholas Patrick Hayden (Nicky) undur diri dari lintasan MotoGP. Juga mengucapkan perpisahan dengan Jorge Lorenzo Guerrero yang berpindah ke lain hati.

Bagi Vale, setiap pebalap termasuk the battle-mate untuknya. Dia bisa bertarung panas di lintasan, saling memendam rasa dengan terus menerus diam tanpa menyapa, hingga memberi ungkapan selamat ketika ada yang sedang bahagia.

Walau begitu, Vale memahami bahwa dia selalu bertarung sekaligus berjuang bersama sesama pebalap, dan tak ada kata lain yang akrab dengan MotoGP selain battle sebagai pewadah makna pertarungan dan perjuangan.

Alessio Salucci atau yang lebih dikenal dengan Uccio merupakan the battle-mate terintim Vale. Persahabatan cinta yang tulus antara mereka tidaklah istimewa karena semua orang mengalaminya. Mereka bersama sudah sejak memula bicycle race masing-masing.

Vale sudah ada sejak awal kenangan Uccio. Orangtua mereka adalah teman dan mereka praktis tumbuh bersama di sebuah desa kecil dan pergi ke kamar anak-anak yang sama, sekolah, hingga mereka selalu sangat dekat.

Uccio merekam dengan baik kenangan lama bersama Vale. Dia ingat bahwa pada masa persemaian teman-teman mereka sering bermain sepak bola. Walakin Uccio dan Vale lebih gemar pergi ke lereng menurun yang untuk naik sepeda roda tiga ke bawah lereng.

Sekelompok dari mereka pergi ke lereng itu, Uccio dan Vale adalah diantaranya. Itulah kenangan yang direkam mendalam dalam batin Uccio. Sebuah perekaman yang menampakkan bahwa pada usia remaja Vale sudah berani mengambil risiko besar.

Sama-sama lahir di sekitar sepeda motor, Uccio selalu mencintai sepeda motor. Terlebih ayah Vale, Graziano, merupakan sosok yang banyak dipuji oleh tetangga Uccio lantaran mengharumkan tanah kelahiran mereka melalui balapan. Wajar jika warga Tavullia kini tampak sangat berterima kasih pada Vale, yang catatannya lebih cemerlang ketimbang  Graziano.

Berbeda dengan Vale yang juga suka sepak bola, Uccio tak memiliki kegandrungan pada olah raga ini. Uccio juga berbeda peruntungan dengan tak bisa menjejak Vale menjadi pebalap. Hanya saja Uccio selalu dekat dengan balapan.

Uccio selalu bersama Vale sejak Rossifumi memula kariernya, memula catatan sejarah yang layak dikenang oleh semua manusia. Sebagai sahabat, Uccio memastikan agar Vale bisa fokus saat balapan pada hari pertarungan dan perjuangan.

Peran Uccio dalam karier Vale tak bisa dipandang biasa saja. Dia menjadi orang yang memastikan segala hal penting bagi Vale tapi bukan penting bagi krunya sudah beres: stiker, gambar helm, persiapan selebrasi jika menang, sepatu boot, sarung tangan, dan boneka kura-kura.

Uccio juga menjadi pemandu kru yang bertugas mengangkut barang berat, mulai dari pengendara motor (biasanya matic) hinga truk. Lebih dari itu, dia adalah orang yang sanggup menenangkan Vale, yang gejolak batinnya mudah tersulut selepas pertikaian dingin orangtuanya.

Berada di paddock merupakan salah satu impian Uccio sejak kecil. Dulu dia berhasil mewujudkannya, walau hanya sekali. Uccio ingat suatu waktu bersama Vale, keduanya menunggu selama empat jam di luar Mugello berdua untuk lolos dari Maurizio Vitali, pengurus sirkuit itu.

Keberhasilan lolos dan bisa berada di paddock adalah peristiwa kecil yang memberi kegembiraan besar bagi mereka. Setelah peristiwa kecil ini merentang lama, paddock menjadi hal biasa baginya.

Buah persahabatan cinta yang tulus antara Vale dan Uccio membikin The Doctor bertumbuhkembang menjadi mujtahid [مجتهد] dan mujaddid [مجدد] dalam ajang balapan.

Saat sebagian kalangan mengungkapkan bahwa pebalap tak lebih penting daripada motor, Vale tak ragu melontarkan pandangan yang kosok bali. Karena itulah dia memilih berpisah baik-baik dengan Honda lalu Ducati saat pertentangan pandangan tak lagi bisa dipadukan.

Vale lebih nyaman berada di Yamaha, tim yang menjunjung tinggi semangat kebersamaan antara tim, pebalap, dan penggemar. Saat pebalap memandang balapan adalah olahraga individu, Vale menyatakan dengan tegas bahwa balapan olahraga tim. Itulah sebab yang membikinnya ikutserta memperjuangkan rekan satu tim saat dia berada di tikungan perubahan.

Vale tak merisaukan cacian yang dialamatkan padanya, walakin segera marah saat cacian dialamatkan pada timnya. Baginya, tim sangat penting, hasil unjuk kerja mereka senantiasa diapresiasi, kehadiran mereka harus selalu dihormati.

Peristiwa Suzuka pada 2003 membikin Vale menggagas Komisi Keselamatan. Dia mengajak seluruh pebalap berunjuk rasa atas dasar peristiwa yang menimpa Kato. Kini suara unjuk rasa para pebalap didengar. Aspirasi mereka diapresiasi. Pendapat para pebalap menjadi suara utama dalam pengambilan keputusan terkait keamanan lintasan balapan.

Sebagai pebalap, Vale sanggup tampil sebagai seniman sekaligus simbol dalam arena balapan. Saat membicarakan balapan, namanya tak perlu menunggu waktu lama untuk melintas dalam angan. Penampilannya terus ditunggu lalu dikenang. Jiwanya tak mati dimakan zaman. Vale berhasil membikin sesama manusia larut dalam kebahagiaan walau sukmanya masih didera lara.

Sebuah rasa tertuang menyakitkan memang dideranya di luar balapan. Satu pengalaman kelabu yang membuatnya harus rela menyebut Clara Rossi dan Luca Marini sebagai saudara tiri. Setitik perih yang mendewasakan untuk terus dapat melawan badai sepanjang menggelinjang. Dengan balapan, dia bisa berusaha menghapus satu sisi yang menyisakan perih yang dalam, melahirkan satu sisi penghapus sunyi yang panjang.