— penghibur bahadur memberikan keteladanan
Pagi tadi
saya main ke pondok pesantren MUS-YQ Kudus, tempat nyantri sejak 11 Juli 2009 hingga 06 Juni 2012. Setelah masuk
gedung pesantren, saya hanya memandang sisi-sisi bangunan yang banyak berubah.
Sisi barat daya mengalami pembangunan fisik, halaman sudah diberi atap, namun
ada yang tetap: tempat koran. Koran menjadi salah satu sajian di pesantren ini.
Yang dilanggan adalah Jawa Pos,
mungkin karena bahasanya lebih sederhana dan tampilan gambar lebih menarik untuk
anak seumuran santri pesantren ini (usia sekolah menengah).
Salah satu
yang menarik dari Jawa Pos edisi hari
ini (11 Juni 2011) ialah kabar mengenai almarhum
Yuli Rachmawati (Jupe), yang pindah dimensi alam kemarin 10 Juni 2017 pukul
11:12 waktu Jakarta. Isinya mungkin biasa, tapi cukup membuat tersenyum bangga
pada sosok yang saya digilai sedari remaja. Dalam penuturannya, tim penulis
rubrik tersebut membahas mengenai rekaman sekilas karier Jupe yang tak
mentereng namun bermakna di mata penggemar serta sahabat dan keluarga.
Di tengah
pembacaan, ingatan langsung tertuju pada catatan Novriantoni Kahar Gooner berjudul Beberapa Trik dalam Menamai Anak. Dalam catatan tersebut Novri
bilang, “..memilih nama yang baik adalah bagian dari anjuran Nabi junjungan
kita”. Saya tak menyangkal penuturan ini lantaran memang selaras. Jupe sendiri
memiliki nama dengan pola mirip seperti Novri: dua kata dimulai dengan penanda
bulan kelahiran, Yuli.
Buat saya, nama adalah harapan dari pemberi nama kepada yang
diberi nama. Selain diucapkan dalam serentetan rangkaian ritual ibadah
mahdhah, harapan juga bisa diungkapkan melalui sebuah nama yang
disandangkan. Harapan yang dihembuskan oleh orangtua sedari dini dalam suasana
bahagia melalui sebuah nama tentu akan terus menyerta dan memberi daya dorong
luar biasa tanpa bisa sirna.
Saya yakin orangtua Jupe tak sembarangan memberi nama untuk buah hati yang
mendapat panah takdir sebagai anak semata wayang kulit ini. Orangtua jelas
memberikan nama yang bagus, baik dari segi ucapan maupun makna. Meski nama
awal Jupe, ialah Yuli, tampak sebagai reka-reka atas dasar bulan kelahiran,
namun nama belakangnya bagus. Jupe menyandang nama Rochmawati yang bermakna pengasih.
Tampaknya nama belakang
tersebut cukup berperan dalam membentuk laku Jupe sepanjang perjalanan. Laku untuk berbagi kasih yang melahirkan kepedulian dan ketulusan untuk memberikan
penghiburan ketika didera lara dan peringatan saat mapan dengan cara
yang bisa dia lakukan. Nama yang diberikan pada Jupe ini tak sia-sia. Jupe
memang menjadi sosok yang penuh kasih, kasih yang dia tumpah-ruahkan pada
semua, tak pilih kasih untuk memberikan kasihnya.
Buat semua orang yang mengenalnya, Jupe adalah sosok menyenangkan yang
selalu peduli dengan tulus kepada mereka. Kepedulian yang tulus pada sesama
ciptaan-Nya yang berasal dari sifat kasihnya. Tanpa pernah meminta, mereka yang
mendapat kasih dari Jupe pun kemudian dengan kerelaan memberikan kasihnya pada sosok
kelahiran 15 Juli 1980 ini.
Kasih untuk semua tanpa pilih kasih merupakan salah satu sari pati dari Jimat
Kalimasada yang dimiliki Yudhiṣṭhira [युधिष्ठिर]
(Yudistira). Jimat Kalimasada yang terkenal sebagai pusaka Pandawa sesungguhnya
cuma kerta kosong, maka tak pernah dibaca seumur sepanjang Yudistira mengayuh
perjalanan. Kalau digambarkan sekarang, seperti kertas kosong yang diperebutkan
dalam film paling relijius, Kungfu Panda.
Sari pati ini kemudian tampak ketika Yudistira bisa membaca Jimat
Kalimasada. Yudistira bisa membacanya setelah Lingga Maya memintanya membaca
jimat tersebut dengan niat dan bahasa Sastra Cetha Atining Suksma Sejati
(nurani). Lingga Maya adalah nama anjing kesayangan Yudistira, seperti mendiang
Tinkerbell yang menjadi anjing kesayangan Paris Whitney Hilton, sahabat
intimnya Britney Jean Spears.
Setelah dibacakan Jimat Kalimasada, Lingga Maya mendadak berubah wujud
menjadi Batara Darma. Batara Darma adalah dewa yang bertugas menjaga tegaknya
keseimbangan Jagad Raya. Sialnya, Batara Darma pernah dikutuk oleh Begawan
Animandaya [माण्डव्य] karena dianggap tak bijaksana. Mirip dengan Kim
Tae-yeon [김태연] (Taeyeon) yang dikutuk oleh
penggemar Soo-youn Jung [제시카 정] (Jessica)
karena dianggap tak bijaksana.
Melalui pembacaan tersebut, Yudhistira membaca lima pasal dalam Jimat
Kalimasada:
— siapa ingin kaya, banyak-banyaklah berderma;
— siapa ingin cendekia, banyak-banyaklah mengajar;
— siapa ingin dikasihi, tumpah-ruahkanlah kasih itu ke semua;
— siapa ingin bahagia, bahagiakanlah sebanyak mungkin orang; serta
— siapa ingin mati sempurna, sempurnakanlah kematian sahabatmu.
Jupe tidak mengucapkan butir-butir itu. Dia melakukan. Dia melakukan semua
itu sepanjang mengayuh perjalanannya. Terlebih butir ketiga Kalimasada
merupakan sari pati Rochmawati, nama yang disandang Jupe sejak
bayi. Sari pati yang menjadi titik tolak untuk melakukan empat butir lainnya
dalam Kalimasada.
Orangtua Jupe tentu bahagia dengan rekam jejak yang telah dilakukan anak sulungnya ini. Anak yang mereka beri nama Rochmawati benar-benar menjadi
seorang pengasih yang menumpah-ruahkan kasihnya pada semua tanpa pilih kasih.
Tak salah Jupe menyandang nama Rochmawati yang hanya bisa saya ucapkan Lochmawati.
Lebih dari itu, Jupe adalah salah satu manusia yang terus memotivasi (digugu)
sekaligus menginspirasi (ditiru) saya. Jupe adalah salah satu manusia
yang memotivasi untuk tak ragu dalam mengekspresikan perasaan melalui cara yang
nyaman saya lakukan. Dia juga menginspirasi saya untuk bersikap lentur melalui
ekpresi yang ditampakkan saat sedang tampil sebagai penari sekaligus kaku yang
ditunjukkan saat dia menjadi peragawati.
Puan pujaan Jupenizer ini memang
manusia biasa. Jupe merupakan sosok berperasaan [الإنسان] yang peduli pada
penampilan badan [البشر] dengan kemauan untuk membaur dalam lingkungan [الناس].
Sepanjang menjalani keseharian, dia hanya berusaha untuk menghibur ketika lara
dan mengingatkan saat mapan.
Tak ada yang istimewa dari Jupe karena semua manusia bisa meniru untuk
melakukannya. Malahan Jupe sendiri mengagumi manusia lainnya, seperti Kimberly
Kardashian. Walau tak istimewa, Jupe tetaplah sosok panutan yang patut dianut. Semangat
perjuangannya layak diperjuangkan. Perjalanannya merupakan satu sisi megah
tersendiri yang layak dikagumi.
Jupe mentas tanpa mencari pencapaian namun tak lelah berjuang. Di-reken
sukses atau tidak dalam pencapaian bukan urusannya, yang merupakan kesuksannya
hanyalah tak lelah mengayuh secara terus-menerus. Mengayuh... mengayuh...
mengayuh perjalanan... saling mengapresiasi kesamaan dan menghormati
ketidaksamaan... “You say God give me a choice...” seperti lantun Queen
dalam Bicycle Race.
Jupe tak lelah berjuang mewujudkan keseimbangan lingkungan kebersamaan.
Keseimbangan yang membuat orang-orang merasa aman dan nyaman saat saling
menyapa karena memiliki rasa sama. Satu perjalanan yang patut diapresiasi. Saling menyapa adalah satu cara jitu untuk merawat
titik temu antar sesama. Seperti diungkapkan oleh nama besar sebelum Jupe, Muhammad
shallallahu'alaihiwasallam. Sang Kirana Azalea bertutur bahwa
menyapa adalah senjata manusia beriman [الدعاء سلاح المؤمن]. Satu pernyataan
yang diabadikan oleh Madonna Louise Veronica Ciccone melalui Like a Prayer.
Saya jadi teringat salah satu
cuplikan ayat Alquran yang mengandung kata rahmah,
akar dari Rochmawati. Penggalan akhir ayat tersebut dulu menjadi bahan cuitan
terakhir Husni Kamil Manik sebelum pindah alam. Bunyinya seperti ini:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ ۞ [القرآن الكريم سورة آل عمران : ١٥٩]
Rujukan
Nadjib, M.A. (2017, 20 Februari). Latihan Lemah Lembut. Daur II. [lihat]
Kahar, N. (2015, 24 September). Beberapa Trik dalam Menamai Anak. IslamLib.com. [lihat]
Rakhmat, J. (2007). Dahulukan
akhlak di atas fiqih. Bandung : Mizan Pustaka.
Rusdy, S.T. (2013). Rahwana putih:
sang kegelapan pemeram keagungan cinta. Jakarta Selatan : Yayasan
Kertagama.
Siroj, S.A. (2006). Tasawuf
sebagai kritik sosial: mengedepankan islam sebagai inspirasi, bukan aspirasi.
Bandung : Mizan Pustaka.
Sudjiwo, A.H. (2013). Kang mbok:
sketsa kehidupan sri teddy rusdy. Jakarta Selatan : Yayasan Kertagama.