— melaras pentas atas nama cinta kirana
Dibentuk oleh empat remaja pada 1986, DEWA19 akhirnya undur diri pada 2011
dengan dua pendiri dan dua punggawa selain pendiri yang tersisa: Dhani Ahmad
Prasetyo, Andra Junaidi Ramadhan, Yuke Sampurna, Agung Yudha Asmara. Walau
begitu, mereka beberapa kali berunjuk rasa menyapa BalaDewa19 melalui ajang
nostalgia.
Selain menyertakan empat punggawa terakhir, dalam ajang bertajuk “DEWA19
Reunion” juga biasa menyertakan pelantun pertama, Ari Bernardus Lasso. Ari
sendiri sudah berhasil mengumpulkan
empat pendiri DEWA19 dalam konser tunggalnya pada 2013, setelah DEWA19
dinyatakan undur diri dan sebelum “DEWA19 Reunion” digaungkan. Beberapa
punggawa lain seperti Setyo Nugroho dan Elfonda Mekel juga sempat ikut serta.
Hanya saja, nostalgia besar yang menghadirkan seluruh punggawa DEWA19 belum
bisa terlaksana hingga kini. Lebih dari itu, karena sudah terlanjur mengumumkan
undur diri pada 2011, rencana merilis langgam-langgam baru, antara lain Kamu Dalam aku, Karena Lelaki Bukan Pengecut, Popularitas
adalah Tuhan, Jakarta, dan Juliette serta album penuh bertajuk Kesultanan Cinta pun belum pernah bisa
terwujud.
DEWA19 termasuk grup band melintas batas yang bisa unjuk
rasa melalui karya cerdas dan bernas mereka dengan kemasan berkelas tanpa
terikat kelas. Para punggawa yang pernah mengibarkan bendera DEWA19 juga
berhasil ketika berkarier sendiri. Keberhasilan yang bisa lepas dari
bayang-bayang DEWA19 tanpa pernah membayangi nama DEWA19.
Sejelek-jeleknya kesan terhadap Dhani sebagai pemandu
arah langkah sekaligus satu dari empat pendiri DEWA19, orang tetap bisa melihat
DEWA19 sebagai DEWA19. Kosok balinya, sehebat-hebatnya karier Dhani, orang
tetap bisa melihat Dhani sebagai Dhani. Pandangan ini juga berlaku bagi
punggawa lainnya yang sangat banyak jumlahnya untuk ukuran satu grup band.
Ada begitu banyak orang yang terlibat di dalamnya yang
perannya tak bisa dimungkiri. Hanya Dhani serta Andra yang awet sebagai tandem-marem sejak memulai langkah
hingga berhenti melangkah. Keduanya terus bersama memperkuat DEWA19
sepertihalnya persahabatan cinta yang mereka bina.
Perubahan DEWA19 berlangsung dalam banyak perkara,
termasuk nama. Mulanya grup ini diberi nama Mol karena guru seni musik mereka
di SMP Pak Mul. Lalu menjadi DEWA akronim dari nama sapaan empat pendiri:
Dhani, Erwin Prasetya, Setiawan Juniarso Abipraja, dan Andra. Pada masa ini,
grup keempatnya lebih banyak memainkan musik rock.
Seiring perubahan haluan nge-band dengan lebih banyak memainkan musik jazz dan perubahan perpisahan dengan Wawan yang digantikan oleh
Salman, grup ini pun berubah nama menjadi DownBeat. Nama DownBeat merupakan
buah adopsi nama majalah jazz terbitan USA yang dipilih
karena terdengar keren.
Hanya saja nama DownBeat tak bertahan lama
sepertihalnya haluan utama nge-band
mereka. Seiring kembali
memainkan musik rock dan kembalinya
Wawan serta ikut bergabungnya Ari Bernardus Lasso, grup ini kembali menjadi
DEWA. Sebagai penanda usia mereka juga bertambahnya satu punggawa, nama DEWA
diubah menjadi DEWA19.
Perubahan line-up squad utama DEWA19 memang
terjadi berkali-kali. Bassist adalah salah satu posisi yang mengalami
fluktuasi. Mulanya posisi ini diisi oleh Erwin Prasetya [1986–1999 &
2001–2002], lalu belakangan dilanjutkan oleh Yuke Sampurna [2002–2011].
Drummer
juga demikian, malah perubahannya terbilang berbilang lantaran tercatat
terdapat enam orang yang pernah di sini. Mulai dari Wawan Juniarso [1986–1988
& 1991–1994], Salman [1988–1989], Sri Aksana Sjuman [1995–1998], Gabriel Bimo
Sulaksono [1998–1999], Setyo Nugroho [1999–2007], dan Agung Yudha Asmara
[2007-2011].
Lead vocalist juga demikian. Walau hanya sekali,
perubahan pengisi posisi terbilang fenomenal. Semula line-up DEWA19
adalah adopsi line-up Queen yang
terdiri dari empat orang dengan posisi lead vocalist & keyboardist,
lead guitarists, bassist, dan drummer.
Saat line-up perdana ini, mereka lebih sering menampilkan musik instrumental, namun kalau perlu
melantunkan lirik biasa diisi oleh Dhani.
Seiring masuknya
Ari Bernardus Lasso [1991-1999], formasi adopsi dari Queen menjadi hanya
diadaptasi. Dhani mundur sebagai lead vocalist dan hanya menjadi backing
vocalists. Belakangan Ari digantikan oleh Elfonda Mekel [1999-2011].
Perlintasan
paling epik ialah ketika DEWA19
terancam berhenti berkibar, Dhani bisa mendapatkan Once yang suaranya sangat
khas dan mahal tanpa menggantikan suara milik Ari yang memberi pondasi. Ari dan
Once sanggup menjadi pelantun larik lirik mengimbangi paduan alunan nada dari Dhani
dan Andra serta punggawa lainnya.
Perubahan lead vocalist ini saya sebut epik karena kehilangan sosok ikonik
menyebabkan kekacauan, semacam kehilangan identitas. Dengan mengubah warna juga
mengurangi kemungkinan untuk merasa kecewa dan besar kepala. Mengurangi
kemungkinan untuk ada yang merasa terbayangi maupun membayangi.
Satu peristiwa paling mengharukan adalah, ketika Once
datang, Ari tak sedikitpun merasa sakit hati bahkan tak pernah merasa
disingkirkan. Ari tahu diri, dia sedang tak sehat dan band yang dicintainya itu
layak mendapat lead vocalist yang lebih baik. Once oke, bisa tampil
beda, sehingga tak terbayangi juga tak membayangi Ari.
Perubahan epik ini nyaris batal terlaksana lantaran
di tengah proses penggarapan Bintang Lima,
album debut Once bersama DEWA19 (dengan nama DEWA), dirinya malah sempat
meminta keluar. Dhani sendiri nyaris membiarkan Once pergi dan berupaya merayu
Ari agar tak kabur lagi. Mungkin Once belum nyetel saja dengan punggawa lainnya.
Dalam suasana sukma yang nono-nano, Dhani segera menghubungi Ari melalui sambungan telepon
untuk memintanya kembali bersama DEWA19. Walau demikian, Ari tetap memutuskan
tak kembali ke DEWA19. Ari bukannya membenci DEWA19, hanya saja dia merasa akan
merusak DEWA19 jika tetap berada di sana.
Bahkan keinginan Dhani untuk menggunakan duet Ari dan
Once sebagai co-vocalist DEWA19 pun
ditampik Ari. Padahal saat itu Ari sudah merekam enam langgam: Roman Picisan, Cinta adalah Misteri, Lagu
Cinta, Persembahan dari Surga, Hidup adalah Perjuangan, dan Elang.
Ari mengerti bahwa Dhani tak mau berpisah dengan
sahabatnya. Ari juga mengerti bahwa saat itu dirinya berada pada lembah
terparah sehingga tidak disiplin dan mudah marah. Selepas memberi apresiasi
pada Once, Ari meninggalkan Jakarta dan menghabiskan beberapa waktu di
Surabaya.
Bergabungnya Once memberikan warna berbeda pada DEWA19.
Lebih dari sekedar perubahan nama menjadi DEWA, perubahan warna baru ini
berdampak sangat bagus bagi seluruh pihak yang terlibat. Ari yang memberi
pondasi sudah pergi namun tak tergantikan oleh Once yang datang belakangan
mengisi posisi berlubang tanpa tertutup bayang-bayang. Keduanya bisa menjadi
diri mereka sendiri dan memiliki tempat tersendiri.
Sayang memang mereka harus undur diri dini. DEWA19
memang memainkan musik di arena industri walau karya mereka sanggup memengaruhi
generasi. Nuansa rasa karya mereka terus berubah yang pada satu masa ketika
industri mengalami fluktuasi selera mereka perlu bersikap tegas mempertahankan
muruah.
Pada saat fluktuasi selera inilah DEWA19 berhasil
menghadirkan karya fenomenal mereka, langgam tunggal yang kaya nuansa rasa, Bukan
Cinta Manusia Biasa, yang ironisnya tak laku di pasaran. Berbeda sekali
dengan zaman dulu ketika langgam fenomenal lainnya pada masa Ari, Persembahan
Dari Surga, laku lumayan.
Ironisnya, dua langgam fenomenal dari dua era lead
vocalist berbeda itu, masih kalah nge-hits di pasaran dengan karya
remeh-temeh berjudul Kangen dan Separuh Nafas, yang juga muncul
di dua era lead vocalist berbeda. Di perlintasan perubahan mereka,
terdapat Roman Picisan, sebuah karya yang begitu indah dan megah. Roman
Picisan diisi oleh Once sebagai lead vocalist dan Ari sebagai backing
vocalists.
Segala jengkal perubahan tersebut, dan juga masalah yang
ada tentunya, tak menyanyat semangat DEWA19 untuk tetap unjuk rasa melalui
karya mereka. Officially DEWA19 pun akhirnya berhenti. Memulai dengan
empat orang (Dhani, Erwin, Wawan, dan Andra), DEWA19 akhirnya berhenti dengan
empat orang (Dhani, Yuke, Agung, dan Andra). Walau demikian, karya mereka bisa
menandai evolusi generasi, serta tetap tegap melekat satu hati.
Sebagai generasi yang tumbuh dengan karya DEWA19,
wajar kalau saya mengaguminya. Wajar pula kalau DEWA19 banyak berpengaruh maupun bersinggungan dengan
perjalanan yang saya alami. Selain
mengagumi DEWA19 melalui karyanya juga mengagumi mereka sebagai seorangan dan
kerumunan. Dhani dan Andra misalnya, mereka termasuk manusia berkarakter kuat dengan
peragaan kepribadian serta pengalaman mengagumkan. Begitu juga DEWA19 termasuk
adalah grup yang bagus dijadikan acuan.
Catatan keberhasilan punggawa DEWA19 dalam berkarier di
luar grup tanpa saling membayangi adalah salah satu catatan mengesankan. Tentu
sudah mafhum bahwa tak seluruh yang
melekat pada mereka harus dilakukan. Beberapa perkara yang bisa klop dengan
nurani layak dilantan selaras dengan perkara lain yang merisak nurani patut
ditanggalkan.