— the way he say goodbye
Pemaparan grenengan melalui
sebuah tulisan berjudul Science Literacy:
Its Meaning for American Schools yang diterbitkan pada 1958 menjadi
jalan Paul DeHart Hurd menjelma sebagai immortal
person.
Frasa Science Literacy yang di-wedar-kan memicu kajian meluas dan
mendalam berkelanjutan tak berkesudahan. Perubahan pengertian seiring waktu
terus menghidupkan nama Paul alih-alih membuatnya mati.
Dalam linimasa pembahasan Science
Literacy, Paul berhasil menahbiskan dirinya sebagai pemula gelora. Sebagai
pemula, Paul berhasil menyajikan frasa gubahannya sekaligus meletakkan pondasi
pertama. Memiliki catatan sebagai yang pertama tak bisa dipecahkan oleh
siapapun.
Muhammad Jamaluddin (600-673 H) yang lebih dikenal sebagai Ibn Malik
mengungkapkan dengan kentara. Dalam pengantar kumpulan 1002 bait berjudul Alfiyyah dia menyebut bahwa unjuk
rasanya lebih bagus ketimbang kumpulan bait dengan judul serupa gubahan Ibn
Mu’thy.
Pernyataan sejenis demikian memang menunjukkan sikap arogan, menyatakan
sesuatu dengan semestinya. Pasalnya secara teknis Ibn Malik memang tak salah.
Pola bait (bahr) yang dipakai dalam
gubahannya sama semuanya, tak seperti gubahan Ibn Mu’thy yang menggunakan dua
pola secara selang-seling. Oleh karena itu lebih enak dilantunkan.
Selain dari pola penuturan, pembahasan yang diulas pun lebih luas dan dalam
melalui penyampaian ringkas. Tanpa pengertian luas dan dalam, sulit untuk bisa
menghasilkan unjuk rasa genius
seperti ini. Hanya saja, Ibn Malik tetap mengapresiasi gubahan Ibn Mu’thy
dengan menyebutnya lebih utama lantaran digubah dan diterbitkan lebih awal.
Peristiwa seperti ini, ialah “siapa duluan”, pula yang menjadi pemicu
pertikaian menjengkelkan tapi dirindukan antara Isaac Newton dan Leibniz terkait
Kalkulus. Keduanya terlibat pertikaian setelah dalam ruang yang berbeda berunju
rasa dengan hasil yang sama dalam waktu bersamaan. Hanya saja terdapat rentang
waktu saat keduanya mengungkapkan unjuk rasan mereka itu.
Beruntung Paul tak menikam jejak battling
to invinity antara Newton dan Leibniz. Paul berhasil menjadi satu-satunya
pemula gelora kajian Science Literacy.
Beruntungnya, saat itu juga sedang marak-maraknya persaingan unjuk kebolehan
antara Amerika Serikat (USA) dan Uni Soviyet dalam urusan ilmu alam. Wajar
kalau Paul cepat mendapat perhatian.
Kelahiran Paul di Denver, Colorado, USA bertepatan dengan peringatan Natal
versi popular warga setempat, 25
Desember 1905. Di tanah kelahirannya pula di memulai petualangan dalam dunia
pendidikan. Petualangan berkelanjutan yang tak pernah terselesaikan hingga dia
wariskan.
Paul tercatat sebagai lulusan Manual High School, Denver, tahun 1925. Dari
sana, petualangan berlanjut ke perguruan tinggi ilmu hayati di University of
Nothern Colorado. Di perguruan tinggi ini, Paul menempuh dua jenjang perkuliahan,
sarjana dan master.
Kuliah sarjana dia selesaikan pada tahun 1929 di bidang Botani, sementara kuliah
master dia selesaikan tahun 1932 di bidang ekologi tanaman. Lama sekali menjeda
kuliah, Paul akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah doktornya pada tahun 1949
di Stanford’s School of Education.
Selain mendapatkan gelar dari kuliah yang ditempuh, Paul juga pernah
mendapatkan gelar resmi lainnya sebagai apresiasi terhadap rekam jejaknya dalam
berunjuk rasa. Gelar tersebut adalah doktor kehormatan dari Ball State
University, Drake University, dan University of Nothern Colorado.
Unjuk kerja Paul dimulai dengan menjadi pendidik dan pengajar biologi di
SMA sejak tahun 1929. Sepanjang satu dekade, selain mengajar biologi, dia juga
menjadi pemandu departemen ilmu alam dan pemandu kebijakan kurikulum ilmu alam
untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Greely, Colorado.
Baru kemudian Paul meninggalkan Colorado untuk hijrah ke Stanford. Di
Stanford, Paul tetap mengajar biologi serta menjadi pemandu departemen ilmu
alam di Menlo School and Junior College selama sebelas tahun sejak 1940. Peran
tersebut dia tinggal dan tanggalkan pada tahun 1951 saat mendapat pinangan dari
Stanford University School of Education.
Di Stanford University School of Education Paul mengajar mata kuliah yang
berhubungan dengan sertifikasi guru ilmu alam di SD dan SMP, mengajar dalam
perkuliahan pendidikan ilmu alam di program doktor, serta memandu lembaganya
dalam program pembekalan untuk guru kimia, matematika, dan fisika setiap musim
panas. Setelah dua dekade unjuk kerja di Stanford University School of
Education, Paul dinobatkan menjadi guru besar.
Paul adalah sosok sinting dalam pendidikan. Semangat unjuk kerjanya disertai
penampilan prima sepanjang unjuk kerja dibalut dengan semangat pengabdian untuk
bisa membuat seluruh warga USA turut menikmati perkembangan ilmu alam. Dari
semangat ini, dia mengembangkan kurikulum dan praktik pembelajaran untuk
mengajarkan keterampilan penalaran disertai fakta-fakta dalam penyelidikan
ilmiah.
Selain menjadi pelaku di lapangan, Paul juga ikut serta berperan dalam menyusun
kebijakan. Peran ini diperkuat kemauannya untuk terus menerus melakukan
penelitian serta ikut berperan dalam mengembangkan kurikulum, ilmu pendidikan,
dan melatih guru-guru. Pengalaman tersebut kemudian menjadi bahan disertasinya
tentang analisis pendidikan ilmu alam sepanjang paruh pertama abad keduapuluh.
Paul dikenal sebagai orang yang keras kepala dalam berkeyakinan. Salah
satunya ialah keyakinannya tentang keterkaitan antara pendidikan ilmu alam dan
keseharian sosial. Paul yakin bahwa ilmu alam memiliki keterkaitan sosial bagi
siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Dengan demikian, Paul berpendapat
bahwa para siswa harus mendapatkan pengalaman dengan masalah ilmiah sepanjang
masa-masa mereka di sekolah.
Pandangan Paul memang tampak klise yang telah diafdruk berulang kali untuk
saat ini. Hanya saja saat itu ilmu alam cenderung lebih menjadi mata pelajaran
yang ‘dogmatis’ dan kurang memberikan pengalaman penalaran. Kecenderungan ini
kemudian mengilhami Eric Mazur dalam menulis Peer instruction: A user's manual. Kecenderungan ini pula yang
membuat Paul mengungkapkan pandangannya.
Pandangan Paul sendiri kemudian membuat dirinya mendapatkan reputasi global
dan nasional. Global dan nasional perlu diungkapkan lantaran kadang ada sosok
yang memiliki reputasi global namun tak terlampau diapresiasi di kancah
nasional. Malah banyak yang kosok bali, mentereng di nasional namun melempem di
global. Dua kasta ini sanggup dijamah dengan menawan oleh Paul.
Pengaruh Paul ini yang sudah mulai terasa saat itu dengan peran yang dia
emban dilengkapi kemauannya dalam menulis. Beberapa abad belakangan, unjuk rasa
melalui tulisan lebih banyak dipakai lantaran cocok dengan kemampuan manusia
yang berada pada masa ini. Paul sendiri sepanjang menjalani keseharian telah
menulis sembilan buku mengenai sisi historis dan filosofis ilmu alam.
Selain mengulas pendidikan ilmu alam secara umum, Paul juga mengungkapkan ulasannya
mengenai pendidikan biologi di Amerika Serikat dalam rentang waktu tahun
1890-1960. Kemauannya untuk menulis semakin menggelora sesudah dia berhenti
unjuk kerja secara resmi pada tahun 1971.
Paul tak pernah benar-benar berhenti unjuk kerja. Sesudah berhenti resmi
pada tahun 1971, dia tetap aktif dalam ilmu alam hingga sesaat menjelang pindah
alam pada usia 95 tahun. Keaktifannya tersebut lebih banyak terkait dengan
harapan terhadap arah langkah pendidikan ilmu alam pada pergantian milenium.
Lebih dari 200 artikel verived untuk
rujukan ilmiah berhasil dia terbitkan.
Pengaruh kelihaian Paul dalam pendidikan ilmu alam selama resmi aktif
setengah abad diakui dan mendapat banyak apresiasi. Tulisannya yang tumbuh
subur merangsang pemikiran pendidik ilmu alam di seluruh wilayah AS.
Paul juga menjadi sosok penting di belakang layar dalam perumusan kebijakan
pendidikan ilmu alam ketika perhatian pada pendidikan ilmu alam mulai muncul
lebih banyak di awal dekade 1980-an.
Pandangan sejarah dan pengalaman pribadi yang luas dan dalam menambah daya
tawar Paul dalam menghubungkan pendidikan ilmu alam dengan masalah kepedulian
lingkungan dan pemanfaatan teknologi baru.
Paul memiliki kecakapan kelas atas, walakin dia bukanlah ‘cendekiawan
gabus’ yang hanya ‘ngambang’ di atas.
Da’wah ilmu alam yang dilakukannya
membuatnya gemar menggunakan bahasa pasaran yang terkesan bukan bahasa
cendekiawan.
Paul memang kaku dalam berkeyakinan namun lentur dalam terlibat pergaulan. Kelihaian
dalam kajian keilmuan yang tangkas disertai kegemaran menggunakan bahasa
pasaran untuk menyampaikan grenengan
membuatnya menjadi sosok favorit yang dilirik media massa. Terlebih dirinya
ikut serta dalam menyusun kebijakan.
Wajar kalau Paul menjadi penasihat National Academy of Science dan National
Science Foundation, terutama untuk bidang studi kurikulum ilmu biologi, dan
mendapat kepercayaan untuk berperan resmi di banyak komite negara bagian
sepanjang 1960 hingga 1995. Apresiasi resmi lainnya yang pernah dia terima
antara lain:
[1] Distinguished Service to Science Education Citation
dari the National Science Teachers Association (1969);
[2] the Apollo Award from the National Aeronautics and
Space Agency (1970);
[3] the Robert H. Carleton Award untuk National Leadership
in Science Education (1979);
[4] mendapat kepercayaan memandu the National Association
for Reserch in Science Teaching (1970-1971);
[5] the Distinguished Contribution to Science Education
Research Award dari the National Association for Research in Science Teaching
(1987);
[6] anggota the American Association for the Advancement
of Science; dan
[7] memegang status anggota kehormatan di eight
professional societies.
Paul DeHart Hurd adalah salah satu assabiquna
al-awwaluna yang menggemuruhkan kebutuhan pendekatan baru yang dikenal
dengan sebutan pendekatan post-modern
untuk pendidikan ilmu alam sebelum jenjang perguruan tinggi, perkembangan
remaja awal dan makna pentingnya untuk kurikulum ilmu alam tingkat menengah.
Hasrat dan minatnya agar jurang kesenjangan antara ilmu alam, teknologi,
dan masyarakat, menghentak khalayak. Barangkali Paul menginginkan perubahan
pandangan untuk menghadapi perubahan zaman. Ungkapannya, “Not just hands-on, but minds-on,” adalah ungkapan mengesankan yang
tak lekang oleh ruang dan zaman.
Sebagai pendidik bidang ilmu alam, Paul memiliki visi sosial berupa peran ilmu
alam untuk meningkatkan keseharian individu dan memperkaya budaya. Wajar jika
dia sangat dihormati oleh rekan-rekannya dan sangat dikagumi oleh
siswa-siswanya. Sengaja atau tidak, Paul akan tetap berada di sepanjang masa.
Sosok yang berhasil menyuarakan grenengan
untuk memperkaya—bukan cuma meramaikan—khazanah pendidikan ilmu alam sepanjang
pertengahan abad keduapuluh akhirnya berpindah dimensi alam setahun sesudah
pergantian milenium. Tepat dua hari sebelum dia genap 96 tahun, 23 Desember
2001, dia menghembuskan nafas terakhir.