Menyanjung Kirana Semenanjung Malaka


— tak lelah meniti tatanan, tak jengah menata titian

Kirana Azalea; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Adib RS; Alobatnic; Pelantan; Santri Scholar; Santri; Scholar; Godly Nationalism; Itz Spring Voice; Venice Min; 陈慧敏;

If words could describe how a person become successful, then why is there such quote saying that “Action speak louder than words?” Wouldn’t it be easier if he express his feelings just by saying “I love you” rather than wasting his time proving? .. Think deeper.
Venice Min [陈慧敏]

Manusia adalah makhluk berperasaan, sehingga rasa bagi manusia menjadi landasan yang kuat. Segala benda maupun peristiwa yang memberikan manfaat pada rasa manusia pasti berguna bagi keberlangsungan keseharian ummat manusia. Rasa kasih sayang misalnya, sanggup membawa kita pada rasa sama hingga segala yang dilakukan memberikan kegembiraan. Sama-sama merasakan adanya kesamaan, kesetaraan, maupun keserupaan rasa antara diri sendiri dengan seluruh penghuni Semesta Raya. Rasa kasih sayang menahan kita untuk tak melakukan segala hal yang merisak rasa liyan. Rasa inilah yang dengan lemah lembut menghantam hingga sukma terdalam yang, ketika sudah tersentuh, bisa membikin segala rasa yang tertuang menjadi terkenang.

Sebagai makhluk berperasaan, berunjuk rasa merupakan pementasan yang wajar dilakukan dalam keseharian. Entah melalui rupa, gerakan, nada, hingga tulisan, dsb. dst. termasuk bergeming. Unjuk rasa yang yang bisa menggembirakan rasa ataupun menjadi sarana melepas rasa lara menimbulkan kekaguman pada pengunjuk rasa. Kekaguman membikin manusia yang dikagumi mewujud sebagai panutan.

Semua orang tentu memiliki panutan. Mulai orangtuanya, keluarga, tetangga, sahabat, guru, teman, hingga sosok lainnya termasuk sosok yang dikenal sebagai public figure. Panutan, baik seorangan atau sekerumunan, memberi semangat terhadap langkah yang dijalani dalam melakoni keseharian. Panutan memiliki peran psikis, yang dapat memengaruhi pandangan (cara, sudut, jarak, sisi, dan resolusi) terhadap sesuatu bahkan bisa memengaruhi seseorang sepenuhnya.

Seorang panutan biasanya menjelma sebagai sosok agung bagi pengagumnya. Sosok yang memiliki daya dorong luar biasa hingga sanggup membawa batin pengagumnya larut terhadap beberapa perkara dan peristiwa. Saking hanyut batin itu sampai pementasan perilaku keseharian tak bisa dirunut dengan nalar biasa.

Setiap manusia layak menjadi panutan. Entah manusia tersebut dipandang sebagai sosok besar karena banyak orang juga mengaguminya atau dipandang sebagai sosok kecil karena sedikit orang yang mengenalnya. Sepanjang orang menampilkan kesungguhan dalam menjalani keseharian, pasti ada orang yang menjadikannya sebagai panutan, meski diam-diam.

Salah satu sosok yang menjadi panutan tersebut adalah 陈慧敏 [Venice Min], peragawati kelahiran 09 Maret 1993 asal Malaysia. Jauh sebelum mulai menekuni panggilan nurani sebagai peragawati, Venice banyak menghabiskan masa kecilnya sebagai penari. Sejak masih berusia empat tahun, dirinya sudah mulai berkelana sebagai ballerina. Ketekunan sebagai penari sempat membuatnya diminta menjadi pelatih balet yang dilakukan selama kurang lebih empat tahun.

Selepas lulus sekolah menengah, Venice melebarkan sayapnya sebagai peragawati. Selain menekuni modelling, sesekali Venice menerima tawaran sebagai pemain drama. Venice bukanlah seorang dramatic girl, namun sebagai hardworker, dirinya cukup ... lumayan lah ... dalam memainkan peran yang harus ditampilkan.

Walau sudah merambah pentas hiburan, Venice tak serta merta meninggalkan pendidikan formalnya di sekolah.  Selain peduli pada kepantasan penampilan badan, Venice juga peduli pada pendidikan. Kuliahnya di program studi Public Relations and Broadcasting berhasil diselesaikan melalui serentetan perjuangan yang ... ya begitulah ... Maret 2016 silam.

Venice memang serakah, banyak ranah perlahan malar dia jamah. Seperti tak mau berdiam diri, Venice selalu mencoba lalu memperjuangkan sesuatu yang baru. Tak terpaku dengan semat sebagai penari, peragawati, dan pemeran, dia juga rajin memperlihatkan sisi lain dirinya sebagai penulis.

Catatan yang ditulis untuk dibagikan melalui media yang dikelolanya merupakan paduan catatan keseharian sebagai manusia biasa dan seorang yang menarik banyak perhatian kerumunan. Saya suka cara Venice berunjuk rasa melalui catatan. Penuturannya runut, rapi, dan rinci disertai dengan bahasa—sebut saja—picisan.

Venice juga tampak menghayati catatannya, sehingga penuturannya enak dibaca serta bertenaga dirasa. Dalam berunjuk rasa terutama melalui catatan, dia termasuk salah satu sosok utama yang memotivasi dan menginspirasi. Sejauh ini sosok utama dari public figure dengan usia paling muda, lebih muda dari Lee Chae-lin [이채린] (CL).

Venice tak ragu untuk berunjuk rasa dengan beragam cara yang bisa dilakukannya sejak masih balita. Kemauan berunjuk rasa menjadi satu hal yang memang selayaknya dilatihkan sejak masa balita. Kemauan berunjuk rasa memberi semangat agar tak ragu mengungkapkan perasaan dengan penuh keyakinan.

Melatihkan kemauan berunjuk rasa sedari dini juga menamamkan benih keberanian agar tak merasa rendah diri ketika terlibat pergaulan dengan lingkungan serta pondasi rendah hati. Manusia yang biasa berunjuk rasa memiliki dua sisi berkelindan itu: berani dan rendah hati. Meski seringkali keberanian dilihat sebagai arogansi dan rendah hati dinilai sebagai wujud rendah diri.

Walau unjuk rasanya menggembirakan rasa manusia lainnya, puan yang baru mulai memakai miniset sejak 01 Agustus 2011 ini tetaplah manusia biasa. Venice butuh makan, minum, maupun tidur. Dia juga bisa bisa berpeluh lelah, berkeluh kesah, merasa bad mood, minder, dsb. dst. layaknya manusia pada umumnya.

Meski demikian, sah-sah saja kalau Venice menjadi sosok yang dikagumi oleh manusia lainnya. Bukankah salah satu perkara yang membuat persembahan dari surga Muhammad [محمد] shallallahu’alaihiwasallam asyik dikagumi adalah karena dirinya mementaskan keseharian sepertihalnya manusia biasa?

Sebagai kirana azalea pemula Semesta Raya serta seorang nabi sekaligus rasul, Muhammad jelas makhluk istimewa. Namun kekaguman saya pada Muhammad lebih banyak terletak pada pementasan kesehariannya yang wajar-wajar saja dalam peran dan posisinya yang istimewa sekaligus penerima innuendo bagi manusia berupa buku mulia bernama al-Quran [القرآن الكريم].

Sebagai laki yang beristiri, Muhammad bisa kesulitan mengendalikan istrinya yang paling genius dan rewel, Princess ‘Ā’ishah bint Abī Bakr [عائشة بنت أبي بكر]. Malah tak bisa menyelesaikan perseteruan berkelanjutan antara Princess ‘Ā’ishah dan Prince ‘Alī bin Abī Thālib [علي بن أﺑﻲ طالب].

Sebagai Master Mister Immortal Commander, Muhammad pun masih bisa kecolongan dengan rusaknya garis koordinasi saat perang Uhud, yang membuat pasukan yang dia pimpin kalah di penghujung perang Maret 652.

Venice juga demikian. Kepiawaian Venice dalam berunjuk rasa dengan berbagai cara tetap disertai apresiasi maupun penghormatan terhadap banyak peristiwa dan perkara. Satu bentuk pementasan keseharian sepertihalnya manusia biasa.

Venice tak pernah merasa muruahnya merendah dengan mengungkapkan bahwa dirinya adalah penggemar berat Amber Chia [谢丽萍], penghibur legendaris asal negerinya. Dia juga biasa saja saat berinteraksi dengan orang lain yang menyatakan sebagai penggemar beratnya.

Di luar sisi sebagai seorang penghibur, Venice tetap bersemangat saat terlibat obrolan, membaca buku, serta jalan-jalan. Sembari mengayuh perjalanan selaras nuraninya, dia pun terus melantan rasa cinta pada orangtua, keluarga, sahabat, gurunya, dan orang-orang dekatnya.

Venice memang mulai menjadi sosok yang dikagumi banyak orang. Namun dia mengerti sepenuhnya bahwa dia dan orang lain sama-sama manusia. Wajar kalau dirinya tak pernah merasa beda, rendah atau tinggi, dengan sesama manusia. Sepanjang menjalani keseharian, Venice hanya berusaha untuk menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan. Itu saja.

No matter how tough life gets, accept it as a challenge to make you someone stronger and unbreakable. I can do it, you can do it too.
Venice Min [陈慧敏]