Cherry Belle


— ketika paduan para puan menggerakkan kerumunan

Kirana Azalea; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Adib RS; Alobatnic; Pelantan; Santri Scholar; Santri; Scholar; Godly Nationalism; Itz Spring Voice;

Cherry Belle adalah kelompok puan yang kemunculannya paling fenomenal di Negara Kesatuan Republik Indonesia, mungkin juga di wilayah Federasi Nusantara Raya. Segala dukungan dan tolakan mengenai mereka menjadi jalan untuk menapaki tangga keterkenalan. Padahal mereka bukan yang pertama muncul di Indonesia.

Sebelum Cherry Belle dibentuk, kelompok puan bernama 7 Icons lebih dulu promosi di pentas hiburan tanah air melalui lagu tunggal Play Boy. Malah sebelum 7 Icons sudah muncul, sudah ada kolaborasi hawa dalam bernyanyi dan menaria ria yang terhimpun dalam G-String yang dikenal sejak mendendangkan Honey Bunny Sweety.

Kemunculan kelompok puan lain bernama JKT48 masih kalah fenomenal daripada Cherry Belle. Pasalnya menanjakknya popularitas JKT48 mereka didukung oleh banyak haters-nya Cherry Belle. JKT 48 memang banyak menjadi pelabuhan bagi kaum pembenci Cherry Belle. Artinya Cherry Belle ikut serta mengangkat martabat JKT48.

Suka atau tidak suka pada Cherry Belle, kita bisa belajar kepada kelompok puan ini. Salah satunya adalah belajar kepemimpinan sebagai jalan membuat perubahan dari kemunculan Cherry Belle. Muncul di tengah persaingan industri musik yang cukup sengit di Indonesia saat masa jaya electronic dance music ini.

Cherry Belle adalah kombinasi unik dari bakat anggota-anggotanya, kejeniusan pengeloanya dalam mengemas Cherry Belle menjadi sesuatu yang menjual, sederhana dalam musik dan koreografi, lirik-lirik yang penuh makna pengajaran bagi ababil (ABG labil), dan hausnya kebutuhan ceruk pasar berusia SD-SMP akan teladan baru.

Itu semua adalah faktor-faktor yang dibutuhkan untuk sebuah gerakan menjadi wabah dan kemudian menciptakan perubahan. Selama ini kepemimpinan sering ditempatkan secara eksklusif dan terkesan sulit dilakukan. Sehingga hanya orang dan kelompok tertentu saja yang pantas menyandang gelar pemimpin.

Padahal dalam konteks berjejaring, setiap orang adalah pemimpin. Meski kemudian ketika ada seseorang yang keluar dari kerumunan, dan membuat kerumunan itu mengikutinya dan menjadikannya pemimpin, tidak serta merta membuat para pengikut itu kehilangan kepemimpinan mereka.

Untuk memimpin dibutuhkan sebuah gagasan dan komunikasi yang efektif dalam menyampaikan gagasan itu kepada kerumunan, yang kemudian membuat orang menjadi pemimpin melalui gagasan dan komunikasi tersebut.

Walau kesuksesan Cherry Belle menyeruak ke atas permukaan menjadi merek dagang yang paling laku banyak dicibir oleh para pembencinya sebagai sebuah bentuk plagiat pada Girls Generation, tetapi Cherry Belle mereka adalah kelompok puan tersukses yang ada di Indonesia.

Cherry Belle bahkan memiliki pamor dan reputasi yang lebih mentereng ketimbang G-String dan 7 Icons yang merupakan pendahulu mereka dalam fenomena kelompok puan di Indonesia.

Latar belakang keadaan lingkungan saat itu berkelindan terhadap hasil perjalanan Cherry Belle. Ada satu daerah dalam masyarakat yang belum berhasil disentuh dengan baik oleh industri musik Indonesia, ialah anak-anak SD-SMP. Kelompok ini membutuhkan teladan untuk mereka kagumi dan ikuti. Pada saat seperti inilah Cherry Belle muncul.

Terbukti kemudian, penggemar terbanyak Cherry Belle adalah kelompok usia ini. Kemampuan seorang pemimpin dalam memetakan kelompok pendukung potensialnya adalah salah satu kunci utama dalam memicu sebuah gerakan perubahan.

Pengelola brand Cherry Belle pun ikut serta memberikan peran penting. Mereka cerdas mengemas gagasan yang ingin mereka sampaikan. Ini tampaknya tidak terlepas dari kejeniusan manajemen Cherry Belle yang menurut saya pasti jago dalam ilmu manajemen meski belum tentu mereka adalah sarjana manajemen.

Kualitas suara sembilan personal Cherry Belle sebenarnya biasa-biasa. Kalau dibandingkan dengan penyanyi lain semisal Dara The Virgin dan Dewi Perssik, tentu suara para personel Cherry Belle akan terdengar biasa saja. Tetapi bukankah itu inti kepemimpinan? Biasa-biasa saja.

Bung Karno, Pak Harto, Habibie, hingga Gus Dur, jika dilihat sejarah hidup mereka, adalah sosok yang biasa-biasa saja. Di era Bung Karno, masih ada Tan Malaka, sosok yang jauh lebih brilian ketimbang Bung Karno. Jika dibandingkan IQ Pak Harto dan Habibie, rasanya jelas unggul Habibie. Toh Habibie justru sangat lama menjadi bawahan Pak Harto.

Cak Nur tentu bisa juga disejajarkan dengan Gus Dur, toh Gus Dur justru yang menjadi “atasan” Cak Nur. Walakin mereka semua ini mencuat jadi pemimpin. Yang membuat mereka yang biasa-biasa saja ini jadi pemimpin adalah kehebatan mereka mengemas sebuah gagasan dan mengomunikasikan gagasan itu.

Terkait pembentukan Cherry Belle, pihak manajemen menyatakan mereka sengaja memilih gadis-gadis bertinggi badan “mayoritas”. Kita tahu rata-rata tinggi badan puan Indonesia (bahkan Nusantara dan Indochina) berkisar antara 155-165 cm, yang lebih pendek dan tinggi dari itu hanyalah kaum “minoritas”.

Meski wajah mereka enak disimak, tapi rasanya banyak gadis-gadis yang lebih cantik dari mereka, termasuk mantan pacar saya. Dalam hal ini manajemen Cherry Belle ingin menyampaikan gagasan, sekaligus harapan, bahwa semua penggemarnya bisa menjadi seperti mereka. Terlihat melalui salah satu lagunya yang mengatakan, “Don’t cry, don’t be shy. Kamu cantik apa adanya. Sadari, syukuri, dirimu sempurna”.

Banyak sekali kasus risakan yang terjadi karena didorong faktor fisik, namun Cherry Belle mengkhotbahkan sebuah pesan, “Setiap orang istimewa”, seperti jargon mereka “Cherry Belle istimewa”. Hanya sayang mereka memiliki paras mulus saja.

Sebagai kelomnpok puan yang memadukan olah suara sekaligus gerakan badan, koreografi Cherry Belle terbilang sederhana. Meski koreografi mereka sederhana, tapi saya yakin mereka berlatih dengan keras mengasah terus kemampuan menari dan menyanyi mereka. Terlihat dari otot-otot paha dan betis para anggotanya. Angel, punggawa Cherry Belle paling saya gandrungi, mengakui bahwa mereka digembleng habis kala masa-masa pelatihan.

Sesuatu yang sederhana tidaklah sepele. Dibalik sesuatu yang sederhana, terdapat keruwetan luar biasa di belakangnya. Tingkat kesederhanaan berbanding terbalik dengan tingkat kerumitan. Misalnya para fisikawan selalu berusaha menjelaskan keruwetan dalam alam semesta menjadi seperangkat rumusan sederhana.

Sebuah gerakan yang memicu perubahan terdiri dari gagasan yang sederhana di belakangnya. Gagasan akan perubahan yang kita miliki ketika terkomunikasikan dengan baik kepada orang-orang di sekitar, suatu hari nanti akan menjadi sebuah gelombang besar perubahan.

Yes we can, jika menjiplak ungkapan Barack Obama dalam pemilu presiden USA 2009 silam. Dengan wajah yang tak ganteng-ganteng amat (tentu Obama masih kalah dengan Bill Clinton), ia berhasil mencatat sejarah di USA.

I’m the special one, jika menjiplak ungkapan Jose Mourinho dalam konferensi pers perdana sebagai manajer Chelsea 2004 silam. Mourinho yang gagal total sebagai pemain sepak bola justru mampu menjadi pelatih brilian di jagat Bumi.

Juga dengan Paris Hilton dengan ijtihad tayangan televisi melalui The Simple Life. The Simple Life, yang menayangkan kehidupan pribadi yang umumnya terjadi, belakangan banyak diikuti bahkan oleh pengkhianat Paris sekalipun!

Siapapun bisa menjadi pemimpin, namun ketika ada yang lebih mahir dalam memimpin, sudah selayaknya yang kurang mahir tahu diri untuk undur diri. Menang, imbang, atau kalah dalam beragam ajang bukanlah masalah. Selama masih ada Cherry Belle, hidup terasa indah.

Salam Satu Jiwa, Cherry Belle Istimewa...