— karya biasa tanpa sirna
Banyaknya
umat Islam Indonesia yang melakukan ibadah haji di satu pihak dan banyaknya
mereka yang melakukan tindakan korupsi di lain pihak; banyaknya masjid indah di
satu pihak dan banyaknya rumah dan sekolahan yang reyot di lain pihak; maraknya
pengajian-pengajian agama di satu pihak dan maraknya kekerasan atas nama agama
di lain pihak; itu semua menimbulkan pertanyaan: Apakah benar Kitab Suci
Al-Quran yang menjadi Pedoman hidup mereka? Atau jangan-jangan banyak yang
membaca dan memahaminya saja tidak. Maka kita menyambut dengan syukur terbitnya
buku Pesan-Pesan Al-Quran yang mencoba mengerti dan memberi pengertian tentang
intisari Kitab Suci, Pedoman Umat Islam ini. Yang menarik, Dr. Djohan Effendi
yang menyusun buku perlu ini, selalu mengakhiri setiap uraiannya tentang surah
Al-Quran dengan puisi yang indah.
— Ahmad
Mustofa Bisri (Gus Mus)
Judul Buku: Pesan-Pesan Al-Quran :
Mencoba Mengerti Intisari Kitab Suci
Penulis: Djohan Effendi
Penerbit: Serambi
Waktu: Juli, 2012
Buku ini membahas mengenai pesan-pesan global dalam al-Quran yang
disajikan secara malar dari al-Fatihah hingga al-Naas. Penyajiannya tanpa mengupas ayat demi ayat namun
surat demi surat. Cara penulis menyajikan dengan meringkas penafsiran dalam
satu buku setelabal 264 halaman ini merupakan prestasi yang harus diapresiasi.
Buku ini tergolong dalam buku tafsir. Secara umum, buku tafsir memiliki
empat macam metode penyusunan. Pertama adalah metode analisis (tahlily). Metode ini berupaya mengupas ayat demi ayat secara
berurutan sesuai dengan perurutan dalam Mushaf.
Kedua adalah metode global (ijmaly). Metode ini menguraikan makna
global yang dikandung oleh ayat yang ditafsirkan dan hikmah yang terkandung.
Ketiga adalah metode perbandingan (muqarin). Metode ini
membandingkan makna setiap ayat yang membahas masalah yang sekilas sama namun
menggunakan redaksi kata yang berbeda. Keempat adalah metode tematik (maudhu’i). Metode ini menghimpun semua ayat yang membahas satu
tema tertentu dan kemudian dianalisis setiap ayat lalu disimpulkan secara
menyeluruh terkait tema yang dibahas.
Dilihat dari metode penafsiran, buku ini cenderung memadukan metode
pertama, kedua, dan keempat. Penuturan diberikan secara runtut sesuai perurutan
dalam Mushaf, ditampakkan maknanya
secara global, dan terdapat tema tertentu yang didalami.
Melalui buku ini penulis menuntun pembaca untuk mencerna makna firman Allah dengan ulasan yang tak panjang lebar. Hal ini menjadi
solusi bagi mereka yang sibuk dengan rutinitas harian namun ingin memahami
kandungan al-Quran. Mereka tak harus menyediakan banyak waktu untuk
membaca berjilid buku-buku tafsir yang lain. Bagi pembaca yang berminat
menyelami al-Quran, buku ini ibarat gapura untuk memulai langkah dalam
memahami al-Quran.
Meski demikian, penulisan dengan cara meringkas ini memiliki kelemahan.
Demi menyederhanakan, penulis terpaksa memusatkan perhatian pada tema tertentu
dalam setiap surat yang tak bisa dipungkiri beberapa surat mengandung beragam
tema. Terdapat beberapa tema yang dilewatkan dalam setiap surat. Terkadang tema
yang dilewatkan penulis justru topik yang dianggap penting oleh intelektual
lain.
Hebatnya penulis cerdas membaca keadaan. Penulis dengan rendah hati
memperingatkan pembaca dalam kata pengantarnya. Dalam kata pengantar tersebut
penulis menyebutkan,
“Buku ini hadir dengan berbagai keterbatasan mengenai
apa yang saya pahami. Tidak lepas dari kekurangan dan kekhilafan, bersifat
subjektif, relatif dan tidak final. Buku ini sama sekali tidak dimaksudkan
untuk ditulis sebagai naskah akademis, atau hasil dari sebuah kajian ilmiah.”
Jadi kalaupun terdapat kekurangan, penulis sudah terlindungi dengan
ungkapan kerendah-hatiannya ini.
Kecerdasan membaca keadaan juga tampak ketika pembahasan masuk pada topik
problematis. Topik problematis seringkali menjadi pemicu debat hebat
berkepanjangan. Namun dalam buku ini penulis seakan tak ingin masuk ke dalam
perdebatan-perdebatan topik problematis tersebut. Penulis sekedar menegaskan
pendapatnya dengan mengabaikan wacana yang bertentangan dengan pendapatnya
tersebut.
Sebagai sebuah karya yang
terbilang biasa, Pesan-Pesan Al-Quran : Mencoba Mengerti Intisari Kitab
Suci tetap layak dibaca karena memang enak dan perlu. Selalu.