— Tribute to Santri
Scholar Press
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI),
melalui Direktorat Pendidikan Diniyyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), sejak
2005 membuka program beasiswa untuk pelajar pesantren. Program Beasiswa Santri
Berprestasi (PBSB) namanya.
Tujuan dari PBSB ini adalah untuk membantu pelajar
pesantren melanjutkan pendidikan formalnya ke perguruan tinggi dengan beragam
program studi yang diminati. Awalnya program ini hanya dilaksanakan di 2
Perguruan Tinggi Negeri (PTN), ialah Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah (UIN SH) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kemudian mulai
melebarkan sayap ke berbagai perguruan tinggi lainnya.
Memiliki peserta yang terpisah tempat kuliah, membuat pihak
Kemenag RI merasa perlu dibentuk forum khusus yang mewadahi komunitas peserta
program ini. Melalui forum khusus ini, seluruh peserta diharapkan memiliki
ikatan kebersamaan yang memiliki keselarasan visi, misi, dan tujuan.
Harapan pihak Kemenag RI mendapat sambutan bagus dari
peserta. Ketika ajang Pertemuan Nasional pertama yang bertempat di Grand Hotel
Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dibentuklah organisasi sebagai
forum silaturahim untuk komunitas
peserta PBSB.
Organisasi tersebut diberi nama CSS kependekan dari Community of Santri Scholar. Kelahiran CSS bertapatan dengan
tanggal 12 Desember 2005. Belakangan nama CSS berubah menjadi CSS MoRA sebagai
penegasan bahwa organisasi ini memiliki kelindan dengan Kementerian Agama. MoRA
adalah kependekan dari Minister of
Religious Affairs. Sehingga CSS MoRA merupakan kependekan dari Community of Santri Scholar of Ministry of
Religious Affairs.
Memang sempat terjadi kesalahan bahasa kala itu, berupa ‘M’ yang seharusnya Ministry tertulis Minister.
Padahal yang dimaksud adalah Kementerian, bukan Menteri. Kesalahan ini terendus
oleh peserta PBSB dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang kemudian diperbaiki.
Dengan adanya organisasi ini, seluruh peserta PBSB secara langsung menjadi
anggota CSS MoRA. Belakangan, penulisan CSS MoRA diubah menjadi CSSMoRA.
CSS MoRA memiliki lambang laiknya organisasi lain.
Lambang CSS MoRA ini dibuat oleh Helvea Rizanu. Helvea Rizanu adalah peserta
PBSB dari ITS angkatan 2007. Helvea Rizanu yang memiliki panggilan akrab Gori
merupakan alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang.
Beberapa waktu kemudian, Pak Khoeroni, Ketua Sub
Direkotorat (Kasubdit) Pontren 2006-2010, menyarankan peserta PBSB agar membuat
majalah yang berisi liputan kegiatan CSS MoRA. Hal ini disampaikan tahun 2008
jelang Munas kedua yang bertempat di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Brebes, Jawa
Tengah.
Saran tersebut ditanggapi oleh peserta dengan menyusun
liputan kegiatan. Penyusunan naskah liputan kegiatan ini dipimpin oleh Zahid,
anggota CSS MoRA dari ITS angkatan 2007. Selain memimpin penyusunan naskah,
Zahid juga berperan sebagai penyunting naskah. Liputan kegiatan ini kemudian
diberi nama Jurnal CSS MoRA yang
diterbitkan pertama kali pada saat Munas Brebes 2008.
Lantaran dirasa bagus, program penerbitan ini kemudian
dilanjutkan dengan cara
membentuk tim redaksi. Tim redaksi yangdibentuk ketika CSS MoRA dipimpin oleh
Gunaryo, anggota dari IPB angkatan 2006, ini dipimpin oleh Abdur Rozaq dan
beranggotakan masing-masing 2 wakil CSS MoRA PTN. Rozaq merupakan anggota dari
ITS angkatan 2007 yang kuliah di program studi Teknik Informatika.
Bersamaan dengan acara Pelantikan dan Rapat Kerja
Pangurus Nasional CSS MoRA, tim redaksi tersebut berkumpul untuk membahas kelanjutan penerbitan majalah.
Kumpul perdana berlangsung pada bulan Desember 2008 di Surabaya, soal tanggal
bisa di-nego pada tanggal belasan.
Salah satu gagasan yang
dibahas dalam kumpul perdana ini adalah nama untuk majalah. Melalui kesepakatan
tim redaksi, nama Jurnal CSS MoRA
diubah dengan Denta. Denta yang merupakan kependekan dari Dedikatif dan Terpercaya diusulkan oleh
Rozaq dan disetujui oleh seluruh
tim redaksi.
Nama Denta
untuk majalah CSS MoRA Nasional kemudian diserahkan pada Pak Khoeroni, walakin tak disetujui oleh ‘Bapak’ CSS MoRA ini. Pak Khoeroni tidak setuju karena nama Denta dirasa kurang
menggambarkan ciri khas CSS MoRA yang beranggotakan pelajar pesantren. Pelajar
pesantren biasa disebut santri. Sembari mengungkapkan ketidaksetujuan, Pak
Khoeroni memberi saran alternatif nama, ialah kata SANTRI sebagai nama majalah ini yang kemudian disetujui oleh tim
redaksi.
Selain membahas nama majalah, kumpul perdana saat itu
juga membahas formasi tim redaksi. Tim redaksi pertama terdiri dari Pemimpin
Redaksi (yang saat itu disingkat Pimred), Sekretaris, Bendahara, Redaktur
Pelaksana, Reporter, Editor, dan Layouter. Komposisi tim redaksi ini berasal
dari perwakilan PTN, masing-masing PTN mengirimkan 2 anggota, serta ditambah 4
anggota tambahan dari ITS.
Tujuan penambahan 4 anggota adalah untuk membagi tugas.
Diambil dari ITS seluruhnya untuk memudahkan koordinasi dengan Pimred lantaran
saat itu media komunikasi belum mudah nan
murah seperti saat ini. Untuk itulah 4 anggota tambahan ini menjadi editor dan
layouter yang merupakan pemegang kendali langkah terakhir sebelum majalah
diterbitkan.
Secara keseluruhan tim redaksi berjumlah 22 orang.
Terdiri dari 1 orang Pimred yang bertugas sebagai memandu secara keseluruhan, 1
orang Sekretaris dengan mengurus administrasi, serta 1 orang Bendahara yang
bertugas mengurus keuangan. Redaktur Pelaksana terdiri dari 8 orang dengan
tugas utama memilih naskah yang akan dimuat di majalah. Editor terdiri dari 5
orang yang dibagi menjadi
Editor Daerah dan Editor Pusat.
Editor Daerah yang berjumlah 3 orang, masing-masing zona
1 orang, bertugas mengoordinasi kegiatan majalah di setiap zona. Zona yang ada
di sini ialah Barat, Tengah, dan Timur. Selain mengoordinasi kegiatan, Editor Daerah
juga bertugas mengumpulkan dan memperbaiki naskah mentah. Perbaikan baru
sebatas terhadap salah ketik (typo). Sedangkan Editor Pusat terdiri dari 2
orang yang bertugas memperbaiki kualitas naskah yang sudah melalui Redaktur Pelaksana.
Sedangkan terakhir adalah Layouter yang bertugas menata
letak dan desain majalah sekaligus membantu Pimred mengurus percetakan majalah.
Layouter pula yang mendesain logo awal SANTRI.
Logo tersebut didesain oleh Gori, yang juga membuat logo CSS MoRA. Logo awal
tersebut tetap dipertahankan hingga sekarang.
Tim redaksi Majalah
SANTRI yang pertama belum memiliki atribut berupa kartu identitas dan
seragam tim redaksi. Baju yang menjadi seragam tim redaksi saat itu dibuat
jelang akhir kepengurusan sebagai kenang-kenangan atas tawaran dari Gunaryo.
Seragam berwarna abu-abu ini didesain oleh Rozaq. Diperlukan waktu selama 3
hari bagi Rozaq untuk mendesain hingga jadi, kemudian dibagikan dalam acara
Munas CSS MoRA Nasional di Denpasar, Bali, akhir tahun 2010.
Acara Munas di Denpasar sekaligus menjadi ajang
regenerasi tim redaksi. Regenerasi tim redaksi masih sama seperti pembentukan
awal, yakni setiap PTN mengirimkan 2 wakilnya. Saat itu tim redaksi lama dan
baru bisa berkumpul dalam satu forum. Dalam forum tersebut dilakukan pemilihan pemandu
baru. Fadhli Lukman yang terpilih sebagai pelanjut tugas Rozaq, adalah one-time anggota dari UIN Sunan Kalijaga angkatan 2010 dan long-time pendukung Juventus. Pelajar
program studi Tafsir Hadist ini berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat.
Selain regenrasi SANTRI,
Munas di Denpasar juga menjadi ajang regenerasi Pengurus Nasional CSS MoRA.
Dalam Munas tersebut, terpilih Arif Kurniawan sebagai Ketua Umum CSS MoRA
Nasional. Sebelum menjadi Ketua Umum CSS MoRA Nasional, Arif adalah Editor Majalah SANTRI. Arif kuliah di prodi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah. Lelaki asal Lampung ini menjadi anggota CSS
MoRA sejak 2008. Ketika menjadi Editor di Majalah
SANTRI, Arif menjalankan tugas sebagai Editor Daerah.
Fadhli yang menjadi Pimred baru berinisiatif memisahkan
tugas koordinasi kegiatan zona yang sebelumnya dipegang oleh Editor Daerah.
Koordinasi kegiatan di setiap zona kemudian menjadi tugas Koordinator Biro,
posisi baru yang dibentuk oleh tim redaksi yang dipimpin Fadhli. Biro yang ada
di Majalah SANTRI ada 3,
menyelaraskan zona yang ada di CSS MoRA. Biro Barat dengan wilayah kerja di
zona Barat (DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten), Biro Tengah (Jawa Tengah dan
DI Yogjakarta), serta Biro Timur (Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Barat).
Kegiatan yang menjadi tugas Koordinator Biro termasuk distribusi majalah cetak.
Selain penambahan posisi Koordinator Biro, juga ditambah
posisi Riset. Posisi Riset memiliki tugas utama sebagai penanggung jawab rubrik
Riset. Rubrik Riset sudah ada di Majalah
SANTRI sejak edisi pertama, namun baru pada saat Fadhli memimpin SANTRI rubrik ini menjadi tanggung jawab
posisi tertentu.
Rubrik Riset berisi hasil riset. Namun terdapat
perbedaan isi rubrik Riset. Rubrik Riset di era Rozaq diisi hasil
riset yang selaras dengan tema besar yang diangkat majalah tanpa memandang sumber riset.
Sedangkan di era Fadhli rubrik Riset diisi hasil riset terpilih dari
anggota CSS MoRA tanpa
harus menyelaraskan dengan tema besar majalah atau tidak. Perbedaan pandangan ini menemui jalan
tengahnya di kemudian hari. Rubrik Riset edisi terakhir yang diterbitkan
tim pimpinan Fadhli mencantumkan hasil riset terpilih anggota CSS MoRA yang
selaras dengan tema.
Edisi tersebut mengangkat tema besar Pesantren dan
Media. Rubrik Riset edisi ini berjudul Kifayat al-Akhyar dan Tugas Akhir Mahasiswa Informatika yang disarikan
dari hasil riset berjudul Klasifikasi Dokumen Teks Berbahasa Arab
Menggunakan Algoritma Naive Bayes. Riset ini merupakan Tugas Akhir (TA)
perkuliahan dari Abdur Rozaq, yang notabene Pimred sebelumnya. Hihhh kzl.
Dalam Tugas Akhir ini Rozaq dibimbing oleh Agus Zaenal Arifin dan Diana Purwitasari. Agus Zaenal
Arifin sendiri merupakan pembimbing CSS MoRA ITS.
Selain mengubah susunan tim redaksi Majalah SANTRI, Fadhli juga mengubah nama posisi pemimpin SANTRI. Sebelumnya SANTRI dipimpin oleh Pemimpin Redaksi. Wajar, saat itu posisi SANTRI dalam tata organisasi CSS MoRA
belum menjadi badan tersendiri. Penerbitan Majalah
SANTRI menjadi semacam program kerja pengurus nasional yang dijalankan tim
tersendiri. Tim tersebut dipimpin oleh Abdur Rozaq sebagai Pemimpin Redaksi.
Sedangkan ketika SANTRI dipimpin
Fadhli, posisi SANTRI dalam tata
organisasi CSS MoRA sudah berbentuk Badan Semi Otonom (BSO). Sehingga BSO ini
tampak lebih elok dipimpin Pemimpin Umum alih-alih Pemimpin Redaksi.
Secara keseluruhan, tim SANTRI yang dipimpin Fadhli terdiri dari Pemimpin Umum, Sekretaris,
dan Bendahara masing-masing 1 orang dengan tugas seperti tim sebelumnya.
Koordinator Biro diisi oleh 3 orang, masing-masing Biro 1 orang, dengan tugas
mengoordinasi kegiatan SANTRI di
setiap biro (zona). Redaktur Pelaksana terdiri dari 6 orang, Editor 3 orang,
Reporter 7 orang, Riset 1 orang, serta Layouter 4 orang. Selain mengurangi
tugas Editor yang sebagian tugasnya diberikan pada Koordinator Biro dan
menyendirikan tugas Riset sebagai penanggung jawab rubrik Riset,
selebihnya tugas setiap posisi masih sama seperti sebelumnya. Seluruh tim SANTRI ini berjumalah 27 orang.
Di era Fadhli pula motto Majalah SANTRI mulai dicetuskan dan dipakai hingga sekarang. Motto ‘Beragama dan Berbudaya’ merupakan frasa yang disusun Fadhli
dan disetujui tim redaksi untuk dipakai. Motto ini menyiratkan karakter dan
komitmen SANTRI sebagai media yang
memegang teguh identitas pesantren sebagai tulang punggung keberagamaan di
Indonesia.
Di era Fadhli juga mulai dirintis laman Majalah SANTRI dengan alamat www.majalahsantri.co.cc. Materi yang dimuat di laman ini
berasal dari naskah yang dikirimkan oleh anggota CSS MoRA. Karena tak seluruh
naskah bisa dimuat di majalah, maka dibuatlah laman ini untuk menampung naskah
yang tak termuat di majalah. Sayang keberadaan laman ini tak berlangsung lama.
Selain itu, Majalah SANTRI juga sudah
mulai bekerja sama dengan iklan untuk menambah dana.
SANTRI melakukan regenerasi kembali
bersamaan dengan momen Munas CSS MoRA di Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU)
Jombang. Regenerasi SANTRI kali ini
masih sama seperti sebelumnya, yakni perwakilan dari PTN, dengan masing-masing
PTN mengirimkan 2 anggotanya. Perwakilan
PTN yang masuk tim SANTRI dikumpulkan
di sela agenda Munas CSS MoRA. Mereka semua dikumpulkan di ruangan dekat lobi
aula utama PPBU.
Sebagian tim SANTRI
pimpinan Fadhli turut hadir dalam pertemuan itu sekaligus memberikan arahan
pada anggota tim baru. Arahan disampaikan oleh Ayu S. Hiasyah, yang menjadi
editor di tim Fadhli. Fadhli absen dalam pertemuan itu lantaran sedang melaksanakan
Khidmah Ilmiah di Bukittinggi. Selain
memberikan arahan, Ayu meminta agar tim baru tersebut langsung memilih
pemimpinnya saat itu juga. Qzam.
Sebenarnya beberapa tim lama yang hadir menginginkan anggota
tim lama yang memimpin SANTRI
selanjutnya. Selain menginginkan dipimpin oleh anggota tim sebelumnya, tim lama
juga ingin agar ada anggota lama yang bertahan.
Saat itu sudah ada keinginan agar regerasi SANTRI tak bersifat bongkar-pasang namun
tambal-sulam. Tak diganti seluruhnya secara serentak namun diganti secukupnya
perlahan. Keinginan itu mengarah pada Ufiq Faishol Ahlif, reporter SANTRI yang turut hadir dalam pertemuan
tersebut. Ufiq merupakan anggota CSS MoRA UPI angkatan 2010 yang kuliah di
prodi Pendidikan Fisika.
Sayang Ufiq menolak keinginan pertama. Di saat Ayu
memberikan sinyal bakal menawari tim baru soal pemimpinnya berasal dari anggota
tim sebelumnya, Ufiq mendadak gaib dari arena pertemuan. Namun keinginan kedua,
ialah ada anggota yang bertahan, bisa terwujud dengan bertahannya Dzaky Ahmada.
Dzaky merupakan anggota dari Universitas Mataram (Unram)
angkatan 2010 yang sebelumnya nyantri
di Pondok Pesantren Amanatul Ummah (AU). Mantan perokok ini menjadi reporter di SANTRI selama 2 periode. Di periode
kedua, Dzaky berjumpa dengan kawan lamanya di pesantren, Rasyid Abdillah. Rasyid,
lelaki yang menyebut rokok sebagai kehidupan ini, bergabung dengan SANTRI sebagai perwakilan dari ITS
dengan menjadi layouter SANTRI bersama Rahmi Yuwan, kamulah
satu-satunya saat itu dari ITB.
Pemilihan pemimpin SANTRI
dilakukan melalui pemungutan suara tim baru setelah tak ada kesepakatan melalui musyawarah. Dua
kandidat saat itu, Surotul Ilmiyah dan Noor Aflah, sama-sama mengungkapkan ke-emoh-annya memimpin SANTRI. Keduanya sama-sama memiliki alasan kuat yang masuk akal.
Biar tak ribet dan bisa memaksa, dilakukanlah pemungutan suara itu.
Satu keajaiban terjadi seusai pemungutan suara. Ufiq,
yang sesaat sebelumnya sempat gaib, tiba-tiba kembali ke arena dengan sehat,
selamat, dan lengkap, disertai wajah cerah ceria, seperti Genie. Malahan Ufiq kemudian yang memimpin penghitungan suara
tersebut. Kamprettt. Setelah seluruh suara dihitung,
Ilmy unggul 1 suara atas Aflah, yang artinya Ilmy yang memimpin SANTRI selanjutnya.
Ketika terpilih sebagai pemimpin SANTRI, Ilmy masih perempuan lajang yang menjadi Pemred Denta. Meski belum menyelesaikan masa tugasnya di Denta, namun Ilmy sudah menyelesaikan
tugas utama untuk menerbitkan majalah Denta.
Majalah terbitan CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah inilah yang memakai nama yang
sebelumnya direncanakan bakal dipakai sebagai nama majalah CSS MoRA Nasional.
Setelah seremoni penyerahan jabatan dari tim lama yang
diwakili Ayu ke tim baru yang diwakili Ilmy, pertemuan selesai. Seremonial
berlangsung dengan penyerahan majalah dari Ayu ke Ilmy dan ditutup pelukan
antara keduanya, kayak Lala dan Po, penghuni belakang
bukit nan jauh tempat Teletubbies bermain-main. Cuma Ilmy lebih
langsing, dibanding sekarang.
Ilmy kemudian diberi kesempatan hingga masa pelantikan Pengurus
CSS MoRA Nasional untuk menyusun formasi tim. Di masa penyusunan formasi ini,
Ilmy mengirimkan pemberitahuan melalui pesan pendek pada seluruh anggota tim
untuk menawari posisi. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan penyusunan sekaligus agar anggota duduk di posisi yang sesuai minatnya,
walau bukan bakatnya.
Serupa dengan Fadhli, Ilmy juga turut melakukan
perubahan formasi tim SANTRI.
Perubahan yang dilakukan sama seperti dilakukan Fadhli, dengan menambah
beberapa posisi. Posisi yang ditambahkan adalah Fotografer, Ilustrator, dan
Marketing.
Tugas utama Fotografer adalah bertanggung jawab terhadap
konten gambar yang dimuat serta sampul majalah. Sedangkan Ilustrator bertugas
untuk memberikan ilustrasi pada setiap rubrik yang memerlukan serta bertanggung
jawab pada rubrik Teropong 2 yang berisi karikatur. Kedua tugas ini
sebelumnya menjadi tugas Layouter. Sedangkan Marketing bertugas melakukan branding
majalah yang diterbitkan agar
bisa dipandang di pasaran.
Ketika memimpin SANTRI,
Ilmy mulai merintis penjualan Majalah
SANTRI ke pihak luar. Majalah SANTRI
tak hanya dibagikan pada anggota CSS MoRA, Kementerian Agama RI, dan beberapa
pihak lain seperti kontributor. Namun juga dijual untuk menambah pemasukan dan
tak menggantungkan dana pada kas CSS MoRA Nasional saja. Karena itulah tim
pimpinan Ilmy mengerjakan beberapa hal yang diperlukan agar pantas terjun ke
pasaran sekaligus melakukan branding
awal ketika dana dari kas CSS MoRA Nasional masih cukup melimpah.
Beberapa hal yang dilakukan adalah mematenkan nama Majalah SANTRI dengan motto ‘Beragama dan Berbudaya’. Pematenan nama ini diperlukan agar
tak didahului pihak lain. Pasalnya selain Majalah
SANTRI yang diterbitkan BSO (Badan Semi Otonom) SANTRI CSS MoRA, dapat ditemukan juga Majalah Santri yang
diterbitkan pihak lain. Jika Majalah
SANTRI terbitan BSO CSS MoRA tak segera dipatenkan, bisa jadi pada saat
nanti terpaksa harus nama lantaran sudah dipakai pihak lain.
Nama Majalah
SANTRI yang diterbitkan BSO SANTRI CSS MoRA berhasil didaftarkan ke Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI)
pada Juni 2014, soal tanggal bisa di-nego pada rentang 20-an. Fuad Hilmi
Sudasman yang melaksanakan tugas ini.
Sebagai perlengkapannya, dibuat Buku Poetih SANTRI yang isinya mengenai penjelasan rinci majalah.
Penjelasan rapi dan rinci majalah yang dimuat dalam Buku Poetih SANTRI merupakan dokumen tertulis tentang tata laksana
pengelolaan majalah yang mulanya belum tertulis. Buku Poetih SANTRI disusun oleh Rasyid dengan dibantu
oleh Fera Nur Aini sebagai penulis materi.
Sayang upaya branding
Majalah SANTRI tak sesukses upaya mematenkan nama. Branding majalah di arena pasaran sempat
menunjukkan geregetnya di awal masa tugas tim ini, walakin lantaran beragam kendala yang dihadapi bersama, edisi
selanjutnya telat terbit. Hal ini berimbas pada ikatan kerja sama BSO SANTRI CSS MoRA dengan beberapa pihak
yang tak bisa dilanjutkan.
Beragam kendala yang diperkirakan bakal muncul
sebenarnya sudah diantisipasi. Salah satunya dengan membuka pemagangan di Majalah SANTRI. Pemagangan ini juga
bertujuan untuk membantu kerja tim redaksi yang mulai masuk ‘usia senja kuliah
S1’ sekaligus sebagai alur kaderisasi tim redaksi. Jika sebelumnya regenerasi
tim SANTRI berdasarkan perwakilan, pada
saat ini regenerasi melalui alur kaderisasi antar periode memiliki kesinambungan. Persis dilakukan oleh Ken Bates dalam
membangun Chelsea sejak era Gleen Hodle, lalu Ruud Gullit, hingga Gianluca
Vialli.
Tim ini juga melaksanakan pengelolaan laman SANTRI yang masih ikut situs CSS MoRA
Nasional. Untuk pengelolaan laman, belum bisa
dibilang sukses namun tak bisa juga dikatakan gagal. Awalnya tim ini
menginginkan agar SANTRI memiliki
situs sendiri yang terpisah dengan laman CSS MoRA Nasional. Rencana untuk
memiliki situs sendiri mulai dijalankan dengan membuat desain situs. Desain
situs sudah dibuat setengah jalan oleh Vivid Rohmaniyah namun tak diselesaikan, mungkin dia lelah dan
jengah.
Selain menerbitkan majalah dalam bentuk cetak (print-out), tim ini juga menerbitkan
majalah dalam bentuk digital. Majalah
SANTRI edisi digital bisa diakses melalui akun Issuu. Di akun Issuu ini
telah diunggah berkas digital Majalah
SANTRI dari edisi ketiga hingga kelima dalam format PDF. Pada masa ini pula
mulai dicetuskan pengembangan BSO SANTRI, berupa penerbitan jurnal ilmiah
dan penyiaran melalui saluran YouTube.
Bersambung
Hala Madrid, Halaka
Barca, Halalin Dia