Popularitas adalah Tuhan



— express yourself over and over living for love
Kirana Azalea; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Adib RS; Alobatnic; Pelantan; Santri Scholar; Santri; Scholar; Godly Nationalism; Itz Spring Voice; Madonna;

Madonna menjadi satu sosok yang sangat dikagumi oleh banyak orang. Kekaguman pada Madonna merasuk jiwa tanpa pernah sirna. Kekaguman yang membuatnya menjalani keseharian dengan sanjung puja dari banyak kalangan sebanding dengan caci maki yang juga diterimanya.

Sosok yang terlatih dengan dua hal tersebut kerap menjadi sosok besar. Terlatih untuk tak melayang dengan pujian dari para pengagumnya dan tak langsir kata nyinyir dari kalangan pandir yang sirik tiada akhir. Sosok yang pesonanya sanggup hidup merasuk jiwa manusia lainnya.

Madonna mendapatkan semua ini setelah pilihan menjadi penghibur dilakukan dengan penuh kesungguhan. Menjadi seorang penghibur adalah sebuah panggilan nurani yang tak bisa dia elakkan.

Sebagai seorang penghibur, ambisi yang dimiliki membuatnya tak sekedar bertahan dengan nama besar yang diemban. Madonna sanggup bertarung dengan brand baru yang muncul belakangan. Madonna terus berusaha mengembangkan kualitas karya yang dihasilkan juga sikap yang dipentaskan.

Wajar jika penggemarnya kian melipat, kehadirannya selalu disambut hangat, karyanya banyak dinikmati, bahkan tak sedikit yang menggilai. Kekaguman pada Madonna melintas batas nalar terliar. Penggemarnya lintas kelas, lintas generasi, lintas latar belakang.

Nalar seakan tak berguna menyaksikan kegilaan para pengagumnya. Unjuk rasa yang dilakukan Madonna sanggup menggembirakan rasa manusia lainnya. Unjuk rasa yang dilakukannya dengan beragam cara yang bisa dia lakoni.

Sebagian orang sah-sah saja menyebut nalar sebagian pengagumnya mati saat, misalnya, pengagum Madonna rela menggelontorkan banyak uang demi memiliki miniset bekasnya. Walakin tak boleh dilupakan bahwa cara orang mendapatkan kegembiraan bisa berbeda-beda.

Kesanggupan Madonna sebagai mentas seorang role model juga mengagumkan. Dia bisa membuat orang lain yang sudah mapan memiliki barisan pengagum tetap menyebutnya sebagai panutan, menjadi role model bagi mereka. Pengagum Madonna tak hanya para remaja yang sedang mencari identitas penyemat personalitas.

Pengagum Madonna juga para penghibur yang sudah mapan di panggung pentas. Paris Whitney Hilton, Britney Jean Spears, Avril Ramona Lavigne, dan Jennifer Lynn Lopez adalah beberapa di antaranya. Mereka dengan bangga terus merawat nama Madonna dengan penuh hormat dalam sukmanya.

Kemampuan keempat nama ini untuk bisa hadir sebagai panutan pun dengan serta merta menaikkan martabat Madonna. Madonna memang panutan yang patut dianut. Dia adalah seorang guru, yang petuahnya pantas di-gugu (memotivasi) dan rekam jejaknya layak di-tiru (menginspirasi).

Perjuangan Madonna layak dijejak untuk diperjuangkan dalam keseharian. Perpisahan dalam ruang dengan sang ibu menjadi setitik perih mendewasakan yang menjadi awal mulanya berjuang menggelinjang. Perpisahan ini membuatnya menjelma sebagai seorang puan mbeling, nakal tanpa kehilangan muruah.

Madonna terus menerus berusaha dengan segala daya upaya untuk bisa menjadi manusia. Dia mengelaborasi perasaannya untuk bisa menghadirkan karya yang menyentuh perasaan liyan.

Karya yang dihadirkan dibumbui dengan paras pantas sepanjang pentas. Semua ini dilakukan untuk ikut serta membangun keharmonisan lingkungan. Kecakapan menggelinjang seperti itu membuat Madonna pantas mendapat semat sebagai manusia paripurna.

Sebagai manusia, Madonna memiliki juga memiliki dua kepribadian berlawanan, lemah (rububiyyah) dan kuat (uluhiyyah) yang bisa dipadukannya sekaligus dengan bagus. Kepribadian lemah yang dipentaskannya dengan sikap mengayomi selaras dengan sikap menguasai pementasan kepribadian kuat yang dimiliki.

Madonna terlahir dengan nama  lengkap Madonna Louise Ciccone di Bay City, Michigan, 16 Agustus 1958. Nama Veronica disandangkan padanya belakangan sebagai pelestarian tradisi Katolik yang menjadi latar belakangnya.

Latar belakang Madonna memiliki tradisi mengadopsi nama sosok saleh sebagai nama baru. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa sosok itu menjadi pelindung sekaligus pemandu keseharian. Nama Veronica diadopsi dari Saint Veronica, puan saleh asal Yerusalem pada abad pertama Masehi, menurut tradisi Katolik.

Ibunya, Madonna Louise Fortin, merupakan warga keturunan Perancis-Kanada. Bapaknya, Silvio Anthony Ciccone, merupakan warga keturunan Italia-Amerika. Keduanya bepadu dalam ikatan keluarga dan rumah tangga dengan harmonis di tengah tingkat kemakmuran yang tidak mewah.

Sayang saat Madonna baru menginjak usia lima tahun, dia harus rela berpisah dalam ruang dengan ibunya. Sang ibu berpindah dimensi alam pada 01 Desember 1963 sesudah didera kanker payudara. Perpisahan tersebut membuat Madonna tenggelam dalam duka mendalam.

Perasaan duka yang membawa Madonna berada dalam suasana sendiri dalam kesendirian. Di dalam keriuhmeriahan lingkungan, Madonna terus didera lara hingga membuatnya merasa kesepian.

Kepergian sang ibu ditindaklanjuti sang bapak dengan menikahi pembantu rumah tangganya, Joan Gustafson, pun tak bisa menyirnakan lara yang didera. Malahan Madonna dengan tegas mementaskan perilaku menolak pernikahan ini.

Perpisahan dengan sang ibu juga yang menjadi titik balik epik Madonna. Dia tumbuh dengan kepribadian fearless selaras dengan kepribadian kenes. Dia memang cantik dan menarik yang mudah menjadikannya sebagai pusat perhatian sejak usia belia.

Walau begitu, Madonna tak selalu bersikap kenes. Saat perlakuan merendahkan muruah diberikan, Madonna bersikap fearless.

Kemampuan menarik perhatian disikapi dengan tanggung jawab dengan tak berbuat semaunya. Madonna menampilkan dirinya sebagai panutan bagi teman-teman.

Sekolahnya di St. Frederick's and St. Andrew's Catholic Elementary Schools, West Middle School, dan Rochester Adams High School dilalui dengan catatan gemilang. Pengalaman menari yang didapatnya dengan menjadi punggawa kelompok pemandu sorak (cheerleader) di SMA menjadi jalannya memperoleh beasiswa tari.

Beasiswa yang diperoleh digunakan Madonna untuk belajar tari di  University of Michigan School of Music, Theatre & Dance. Selain belajar di sini, Madonna mulai unjuk kebolehan dengan ikut serta dalam American Dance Festival pada musim panas.

Madonna lalu mulai tertarik dengan balet. Sebelum mulai mendalami, terlebih dahulu dia meyakinkan sang bapak agar bersedia memberinya restu. Restu sang bapak mengiringinya dalam mendalami balet dengan dilatih oleh gurunya, Christopher Flynn.

Sang guru kemudian membujuk Madonna untuk berkarier sebagai penari. Bujukan sang guru ditindaklanjutinya dengan keputusan meninggalkan perguruan tinggi saat usianya 19 tahun.

Madonna terdorong untuk berkarier sebagai penari dan memilih pindah ke New York City pada 1977. Dengan bekal uang sebanyak $ 35, Madonna nekat pergi ke New York City dengan menggunakan pesawat dan taksi.

Madonna mengungkapkan bahwa kepindahannya ke New York City merupakan pengalaman paling nekat yang pernah dia lakukan. Selain bekal uangnya sedikit, itu juga menjadi pengalaman pertamanya menunggangi pesawat terbang.

Kenekatan ini justru menjadi petaka baginya sesudah sampai di tempat tujuan. Madonna harus rela menjalani keseharian dalam kemelaratan. Alhasil, dia harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan harian.

Kebutuhan harian dicukupinya dengan bekerja sebagai pelayan di warung makan cepat saji Dunkin’ Donuts serta menjadi penari. Uang yang didapatkan belum bisa mencukupi kebutuhan harian hingga dia sempat rela menjadi model foto sesuai permintaan.

Ketika Madonna ikut serta unjuk penampilan sebagai penyanyi dan penari latar dalam tur Patrick Hernandez tahun 1979, dia mulai terlibat ikatan pacaran dengan pemusik bernama Dan Gilroy.

Bersama pacarnya ini, Madonna membentuk grup band perdananya. Breakfast Club, nama grup band yang dibentuk untuk memainkan musik rock. Madonna berperan sebagai drummer dan guitarist dalam grup ini.

Sayang dia tak lama-lama bersama Breakfast Club. Setahun merentang, Madonna meninggalkan grup tersebut untuk membentuk grup baru bersama Stephen Bray. Dalam grup bernama Emmy ini Stephen berperan sebagai drummer sementara Madonna sebagai singer dan dancer.

Langgam dan tarian gubahan keduanya berhasil mendapat sambutan hangat di klub-klub lokal New York City. Sambutan hangat menyengat naluri Marka Kamins, seorang DJ dan produser rekaman.

Marka Kamins lalu mengajak Madonna terlibat obrolan dalam perjumpaan dengan Seymour Stein, pendiri Sire Records, label rekaman di bawah Warner Bros Records. Obrolan tersebut ditindaklanjuti dengan kesepakatan kerja sama menggelinjang di industri hiburan melalui musik.

Kesepakatan tersebut menjadi gerbang pembuka Madonna sebagai penghibur. Dia mulai menyapa dengan langgam tunggalnya, Everybody, yang dilanjutkan dengan album penuh bertajuk Madonna.

Langgam tunggal dan album segera menjadi hits yang membawa tingkat keterkenalan namanya melipat pesat. Nama Madonna semakin melejit seiring keberhasilan album penuh keduanya, Like a Virgin, diterima khalayak.

Album yang dirlis pada 1984 tersebut membuat nama Madonna ditahbiskan berada di puncak. Keberadaan yang memudahkannya menjual karya-karya berikutnya, mulai dari True Blue (1986) hingga Rebel Heart (2015).

Keberadaan yang memaksanya menjadi penyebar virus-virus cinta pada semua manusia sepanjang masa. Virus yang membuat manusia saling mencintai manusia seperti mencintai Tuhannya sang Pencipta.

Satu sisi telah terlahir memecah sunyi yang panjang.