— express yourself over and over
living for love
Madonna menjadi satu sosok yang sangat dikagumi oleh banyak orang.
Kekaguman pada Madonna merasuk jiwa tanpa pernah sirna. Kekaguman yang
membuatnya menjalani keseharian dengan sanjung puja dari banyak kalangan
sebanding dengan caci maki yang juga diterimanya.
Sosok yang terlatih dengan dua hal tersebut kerap menjadi sosok besar.
Terlatih untuk tak melayang dengan pujian dari para pengagumnya dan tak langsir
kata nyinyir dari kalangan pandir
yang sirik tiada akhir. Sosok yang pesonanya sanggup hidup merasuk jiwa manusia
lainnya.
Madonna mendapatkan semua ini setelah pilihan menjadi penghibur dilakukan
dengan penuh kesungguhan. Menjadi seorang penghibur adalah sebuah panggilan nurani
yang tak bisa dia elakkan.
Sebagai seorang penghibur, ambisi yang dimiliki membuatnya tak sekedar
bertahan dengan nama besar yang diemban. Madonna sanggup bertarung dengan brand baru yang muncul belakangan.
Madonna terus berusaha mengembangkan kualitas karya yang dihasilkan juga sikap
yang dipentaskan.
Wajar jika penggemarnya kian melipat, kehadirannya selalu disambut hangat,
karyanya banyak dinikmati, bahkan tak sedikit yang menggilai. Kekaguman pada
Madonna melintas batas nalar terliar. Penggemarnya lintas kelas, lintas
generasi, lintas latar belakang.
Nalar seakan tak berguna menyaksikan kegilaan para pengagumnya. Unjuk rasa
yang dilakukan Madonna sanggup menggembirakan rasa manusia lainnya. Unjuk rasa
yang dilakukannya dengan beragam cara yang bisa dia lakoni.
Sebagian orang sah-sah saja menyebut nalar sebagian pengagumnya mati saat,
misalnya, pengagum Madonna rela menggelontorkan banyak uang demi memiliki
miniset bekasnya. Walakin tak boleh dilupakan bahwa cara orang mendapatkan
kegembiraan bisa berbeda-beda.
Kesanggupan Madonna sebagai mentas seorang role model juga mengagumkan. Dia bisa membuat orang lain yang sudah
mapan memiliki barisan pengagum tetap menyebutnya sebagai panutan, menjadi role model bagi mereka. Pengagum Madonna
tak hanya para remaja yang sedang mencari identitas penyemat personalitas.
Pengagum Madonna juga para penghibur yang sudah mapan di panggung pentas.
Paris Whitney Hilton, Britney Jean Spears, Avril Ramona Lavigne, dan Jennifer
Lynn Lopez adalah beberapa di antaranya. Mereka dengan bangga terus merawat
nama Madonna dengan penuh hormat dalam sukmanya.
Kemampuan keempat nama ini untuk bisa hadir sebagai panutan pun dengan
serta merta menaikkan martabat Madonna. Madonna memang panutan yang patut
dianut. Dia adalah seorang guru, yang
petuahnya pantas di-gugu (memotivasi)
dan rekam jejaknya layak di-tiru
(menginspirasi).
Perjuangan Madonna layak dijejak untuk diperjuangkan dalam keseharian.
Perpisahan dalam ruang dengan sang ibu menjadi setitik perih mendewasakan yang
menjadi awal mulanya berjuang menggelinjang. Perpisahan ini membuatnya menjelma
sebagai seorang puan mbeling, nakal
tanpa kehilangan muruah.
Madonna terus menerus berusaha dengan segala daya upaya untuk bisa menjadi
manusia. Dia mengelaborasi perasaannya untuk bisa menghadirkan karya yang
menyentuh perasaan liyan.
Karya yang dihadirkan dibumbui dengan paras pantas sepanjang pentas. Semua
ini dilakukan untuk ikut serta membangun keharmonisan lingkungan. Kecakapan
menggelinjang seperti itu membuat Madonna pantas mendapat semat sebagai manusia
paripurna.
Sebagai manusia, Madonna memiliki juga memiliki dua kepribadian berlawanan,
lemah (rububiyyah) dan kuat (uluhiyyah) yang bisa dipadukannya
sekaligus dengan bagus. Kepribadian lemah yang dipentaskannya dengan sikap
mengayomi selaras dengan sikap menguasai pementasan kepribadian kuat yang
dimiliki.
Madonna terlahir dengan nama lengkap
Madonna Louise Ciccone di Bay City, Michigan, 16 Agustus 1958. Nama Veronica
disandangkan padanya belakangan sebagai pelestarian tradisi Katolik yang
menjadi latar belakangnya.
Latar belakang Madonna memiliki tradisi mengadopsi nama sosok saleh sebagai
nama baru. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa sosok itu menjadi pelindung
sekaligus pemandu keseharian. Nama Veronica diadopsi dari Saint Veronica, puan
saleh asal Yerusalem pada abad pertama Masehi, menurut tradisi Katolik.
Ibunya, Madonna Louise Fortin, merupakan warga keturunan Perancis-Kanada.
Bapaknya, Silvio Anthony Ciccone, merupakan warga keturunan Italia-Amerika.
Keduanya bepadu dalam ikatan keluarga dan rumah tangga dengan harmonis di
tengah tingkat kemakmuran yang tidak mewah.
Sayang saat Madonna baru menginjak usia lima tahun, dia harus rela berpisah
dalam ruang dengan ibunya. Sang ibu berpindah dimensi alam pada 01 Desember
1963 sesudah didera kanker payudara. Perpisahan tersebut membuat Madonna
tenggelam dalam duka mendalam.
Perasaan duka yang membawa Madonna berada dalam suasana sendiri dalam
kesendirian. Di dalam keriuhmeriahan lingkungan, Madonna terus didera lara
hingga membuatnya merasa kesepian.
Kepergian sang ibu ditindaklanjuti sang bapak dengan menikahi pembantu
rumah tangganya, Joan Gustafson, pun tak bisa menyirnakan lara yang didera.
Malahan Madonna dengan tegas mementaskan perilaku menolak pernikahan ini.
Perpisahan dengan sang ibu juga yang menjadi titik balik epik Madonna. Dia
tumbuh dengan kepribadian fearless
selaras dengan kepribadian kenes. Dia memang cantik dan menarik yang mudah
menjadikannya sebagai pusat perhatian sejak usia belia.
Walau begitu, Madonna tak selalu bersikap kenes. Saat perlakuan merendahkan
muruah diberikan, Madonna bersikap fearless.
Kemampuan menarik perhatian disikapi dengan tanggung jawab dengan tak
berbuat semaunya. Madonna menampilkan dirinya sebagai panutan bagi teman-teman.
Sekolahnya di St. Frederick's and St. Andrew's Catholic Elementary Schools,
West Middle School, dan Rochester Adams High School dilalui dengan catatan
gemilang. Pengalaman menari yang didapatnya dengan menjadi punggawa kelompok
pemandu sorak (cheerleader) di SMA
menjadi jalannya memperoleh beasiswa tari.
Beasiswa yang diperoleh digunakan Madonna untuk belajar tari di University of Michigan School of Music,
Theatre & Dance. Selain belajar di sini, Madonna mulai unjuk kebolehan
dengan ikut serta dalam American Dance Festival pada musim panas.
Madonna lalu mulai tertarik dengan balet. Sebelum mulai mendalami, terlebih
dahulu dia meyakinkan sang bapak agar bersedia memberinya restu. Restu sang
bapak mengiringinya dalam mendalami balet dengan dilatih oleh gurunya,
Christopher Flynn.
Sang guru kemudian membujuk Madonna untuk berkarier sebagai penari. Bujukan
sang guru ditindaklanjutinya dengan keputusan meninggalkan perguruan tinggi
saat usianya 19 tahun.
Madonna terdorong untuk berkarier sebagai penari dan memilih pindah ke New
York City pada 1977. Dengan bekal uang sebanyak $ 35, Madonna nekat pergi ke
New York City dengan menggunakan pesawat dan taksi.
Madonna mengungkapkan bahwa kepindahannya ke New York City merupakan
pengalaman paling nekat yang pernah dia lakukan. Selain bekal uangnya sedikit,
itu juga menjadi pengalaman pertamanya menunggangi pesawat terbang.
Kenekatan ini justru menjadi petaka baginya sesudah sampai di tempat
tujuan. Madonna harus rela menjalani keseharian dalam kemelaratan. Alhasil, dia
harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan harian.
Kebutuhan harian dicukupinya dengan bekerja sebagai pelayan di warung makan
cepat saji Dunkin’ Donuts serta menjadi penari. Uang yang didapatkan belum bisa
mencukupi kebutuhan harian hingga dia sempat rela menjadi model foto sesuai
permintaan.
Ketika Madonna ikut serta unjuk penampilan sebagai penyanyi dan penari
latar dalam tur Patrick Hernandez tahun 1979, dia mulai terlibat ikatan pacaran
dengan pemusik bernama Dan Gilroy.
Bersama pacarnya ini, Madonna membentuk grup band perdananya. Breakfast
Club, nama grup band yang dibentuk untuk memainkan musik rock. Madonna berperan sebagai drummer
dan guitarist dalam grup ini.
Sayang dia tak lama-lama bersama Breakfast Club. Setahun merentang, Madonna
meninggalkan grup tersebut untuk membentuk grup baru bersama Stephen Bray.
Dalam grup bernama Emmy ini Stephen berperan sebagai drummer sementara Madonna sebagai singer dan dancer.
Langgam dan tarian gubahan keduanya berhasil mendapat sambutan hangat di
klub-klub lokal New York City. Sambutan hangat menyengat naluri Marka Kamins,
seorang DJ dan produser rekaman.
Marka Kamins lalu mengajak Madonna terlibat obrolan dalam perjumpaan dengan
Seymour Stein, pendiri Sire Records, label rekaman di bawah Warner Bros
Records. Obrolan tersebut ditindaklanjuti dengan kesepakatan kerja sama
menggelinjang di industri hiburan melalui musik.
Kesepakatan tersebut menjadi gerbang pembuka Madonna sebagai penghibur. Dia
mulai menyapa dengan langgam tunggalnya, Everybody,
yang dilanjutkan dengan album penuh bertajuk Madonna.
Langgam tunggal dan album segera menjadi hits yang membawa tingkat keterkenalan namanya melipat pesat. Nama
Madonna semakin melejit seiring keberhasilan album penuh keduanya, Like a Virgin, diterima khalayak.
Album yang dirlis pada 1984 tersebut membuat nama Madonna ditahbiskan
berada di puncak. Keberadaan yang memudahkannya menjual karya-karya berikutnya,
mulai dari True Blue (1986) hingga Rebel Heart (2015).
Keberadaan yang memaksanya menjadi penyebar virus-virus cinta pada semua
manusia sepanjang masa. Virus yang membuat manusia saling mencintai manusia
seperti mencintai Tuhannya sang Pencipta.
Satu sisi telah
terlahir memecah sunyi yang panjang.