— menata batin, menyiapkan sikap
Karya musik itu asik, bisa dinikmati sambil melakoni tanpa merisak kegiatan
lainnya. Musik bisa menjadi pemecah sunyi ketika iseng membaca buku, berpadu dengan keramaian saat
terlibat bacotan dengan kawan, maupun
menemani kewajiban jalan-jalan dalam ruang,
misalnya. Musik bisa disimak berulang tanpa memberi rasa bosan.
Musik bisa menghantam bagian terdalam, perasaan. Tentu ada batasan yang
berlaku. Masihkah perlu harus menyebutkan ragam macam pengecualian itu?
Manusia adalah makhluk berperasaan, sehingga rasa bagi manusia menjadi
landasan yang kuat. Ketika ada seseorang yang memiliki satu set badan lengkap
tanpa dapat merasakan rasanya sendiri—apalagi rasa manusia lainnya—dia seakan
robot. Walaupun memiliki kepandaian—bukan kecendekiaan—melebihi para
perancangnya, belum bisa memiliki rasa. Segala perkara maupun peristiwa yang
memberikan manfaat pada rasa manusia pasti berguna bagi keberlangsungan
keseharian ummat «أمة» manusia. Rasa kasih sayang misalnya, sanggup membawa
manusia pada rasa sama hingga segala yang dilakukan memberikan kegembiraan. Kosok bali
dari rasa beda yang merasa berbeda, baik rasa lebih tinggi maupun lebih rendah,
dari liyan. Hal inilah yang membikin pesona Marilyn
Monroe, the blonde bombshell penghibur
Amerika Serikat, lebih
melintas batas ketimbang Margaret Thatcher, the
iron lady perdana menteri terkeren Britania Raya.
Rasa itulah yang mudah dijamah oleh seni. Seni memiliki unsur keindahan
yang dapat menyentuh perasaan manusia
sebagai insān «إنسان». Sama-sama
dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai ‘manusia’, terdapat perbedaan
ketika al-Qurʾān «القرآن», menyebutnya
sebagai insān, «بشر» (Baca: basyar), serta «ناس» (Baca: nās). Insān dan basyar merujuk
pada manusia secara personal. Bedanya kalau insān melihat sisi tak kasat mata
sedangkan basyar melihat sisi kasat
mata. Sementara naas merujuk pada
manusia secara komunal.
Seni berkelindan dengan rasa yang dimiliki. Seni merupakan ungkapan
perasaan manusia yang dituangkan dalam karya dengan bentuk apa saja. Said Aqil Siroj «سعيد عقيل سراج» menuturkan bahwa seni merupakan suara kebenaran
yang bisa mengantarkan kepada Yang Maha Benar. Lebih lanjut, cerdik-cendekia
asal Indonesia ini menyebut bahwa kesungguhan dalam menikmati seni bisa
mengantarkan pada ḥakīkat «الحقيقة», sedangkan kelalaian dalam menikmati seni
mengantarkan pada zindīq «زندقة». Seni memang bisa menjadi pemantik semangat untuk mendekat pada Ilāhi-Rabbi «إله-رب» dengan
mengosongkan hati dari residu sifat tak laras agar siap diisi dengan sifat-sifat laras «تخل» (Baca: takhalli). Sifat-sifat laras ini kemudian dibiasakan «تحل» (Baca: taḥalli) untuk menjadi jalan manunggal dengan-Nya «تجل» (Baca: tajalli).
Musik merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk karya seni sudah
banyak disepakati. Masing-masing bentuk karya
seni memiliki kekuatan dan kelemahan ketika saling dibandingkan. Buat Venice Min [陈慧敏], penari asal Malaysia, seni tari tentu lebih menarik ketimbang seni musik. Sebatas rasa
ketertarikan semata tanpa bermaksud menganggapnya paling hebat. Tidak mungkin ada karya seni yang paling hebat bagi
orang yang bisa menikmati segala jenis karya seni, bagaimanapun dia memandang
karya seni. Hanya saja sebagian orang tidak mampu untuk mengapresiasi semua
jenis karya seni.
Walau begitu, tentu tak salah
kalau menyebut musik sebagai karya seni yang lebih mudah dan banyak digandrungi
ketimbang bentuk lain. Seperti tak salah lebih menggemari seni tari ketimbang seni
suara. Musik memiliki kemampuan melintas batas ruang dan
waktu. Musik bisa dinikmati sebagai musik tanpa harus disertai lirik yang
dipadu. Walau ada kalanya disertai lirik, musik tetap bisa dinikmati tanpa
memiliki pengertian terhadap bahasa lirik yang
menyertainya itu. Hal tersebut membuat industri
hiburan Korea Selatan [대한민국] tak perlu repot-repot menggubah lirik berbahasa Inggris (English) sebagai penyerta karya musik mereka. Mereka tak ragu
melantunkan paduan kata berbahasa Korea untuk menyapa penghuni belahan bumi
lainnya bahwa mereka ada dan berada sejajar dengan penghuni lainnya.
Evolusi tanpa henti dalam dunia musik juga membikin karya pada masa
tertentu bisa memengaruhi karya pada masa setelahnya. Jealousy karya Queen, memengaruhi Kosong-nya DEWA19. Orang bisa saja dengan enteng menyebut Kosong meniru Jealousy. Walakin, kenapa Jealousy
tak serta merta disebut menjiplak Run to
Me-nya Bee Gees? Atau dilanjutkan sekalian kalau Run to Me menjiplak Julia
karya The Beatles? Atau dibalik, Kosong-nya DEWA19
ditiru oleh Karen Don’t Be Sad-nya
Miley Cyrus?
Kelimanya memberikan contoh kentara sebuah
evolusi musik. Lagipula kalau tak menerima peniruan sebagai bentuk pengaruh,
bukankah peniruan adalah bentuk ungkapan pujian abadi paling luhur dan dalam? Sementara kebiasaan mengungkapkan pujian lebih
sering diberikan lantaran kekaguman. Indonesia
Raya gubahan Wage Rudolf Supratman pun kalau
mau dielaborasi, meniru dengan gamblang alunan nada yang bahkan jauh-jauh
hari sudah dipatenkan berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda karya Willem
Frederik Christiaan Dieben (Willy Derby).
Sebagaimana ragam macam bentuk karya seni, tak ada satu warna dari ragam
macam dalam musik yang lebih hebat daripada warna lainnya. Orang bisa saja
lebih suka warna musik tertentu walakin dia tak serta merta bisa menyebut warna
kesukaannya adalah yang paling hebat. Saya sendiri lebih menggilai warna
musik rock. Namun saya tak elok
menyebut selera saya lebih hebat daripada hiphop
yang disuka adik saya, maupun dance
yang gemar disimak adik saya lainnya. Selera dan usia memang berkelindan dengan
pandangan. Keterbatasan selera dan usia ada kalanya menyempitkan pandangan
orang terhadap liyan.
Seperti karya seni lainnya, musik juga bisa mewakili ras manusia. Wajar
kalau tak banyak orang Inggris yang suka musik dangdut yang asalnya dari
Melayu. Semua dipengaruhi oleh tradisi dan latar belakang masing-masing. Hanya saja kita perlu nrimo lan legowo mengakui bahwa ada bangsa yang lebih maju dalam
urusan musik pada masa tertentu sehingga pada saat itu bangsa lain mengacu
padanya. Setiap bangsa yang bisa menggubah karya musik yang bisa diterima oleh
bangsa di belahan wilayah lainnya, saat itulah mereka bisa tampil sebagai
rujukan utama.
Tak ada musik yang ḥarām «حَرَام» dalam arti terlarang. Materi dan energi tidak terikat
dengan ḥukm sharia «الحكم الشرعي». Ḥukm
sharia baru bisa mengikatnya ketika
sudah digunakan. Lampu yang memancarkan energi cahaya tak terikat ḥukm sharia
apapun, walakin ketika dipakai sebagai penunjang perbuatan tak sesuai aturan,
lampu bisa menjadi ḥarām. Ḥarām-nya pun bukan karena lampunya, namun karena
penggunaanya. Hal itu juga berlaku bagi musik yang mendayagunakan
pancaran energi bunyi. Karena musik tidak terikat dengan ḥukm sharia, tak ada
musik yang ḥarām. Kalaupun
selanjutnya musik menjadi ḥarām,
adalah karena pendengarnya, bukan karena musik itu sendiri.
Karena bergantung dengan pendengarnya, sematan musik islāmi «الإسلامى» pun bebas diberikan pada ragam macam musik. Musik islāmi tak melulu
harus disertai paduan kata yang copy-paste
dari al-Qurʾān, perkataan Rasulullāh «رسول الله», ataupun
ragam paduan kata dan aksara yang dianggap akrab dengan Islām «الإسلام». Musik islāmi tak melulu harus menggunakan paduan kata dan/atau alunan nada warisan budaya Timur Tengah. Musik islāmi adalah segala ragam macam musik yang
ketika disimak bisa menjadi pengantar untuk membangkitkan rasa berserah
pada Ilāh «إله» dan rasa mencintai Rabbi «رب».
Persembahan dari Surga dan Bukan Cinta
Manusia Biasa (DEWA19), (You Drive
Me) Crazy dan Hold it Against Me
(Britney Spears), Faint dan A Light
That Never Comes (Linkin Park), serta Ugly
dan Come Back Home (2NE1) adalah
beberapa musik Islāmi yang saya
gandrungi dari empat brand yang saya kagumi. Begitu.
K.Sb.Lg.030151.39.220917.21:37