— The Quantum Man Richard Phillips Feynman
Apresiasi
resmi berupa Nobel Kimia tahun 2016 akhirnya didapatkan oleh Jean-Pierre
Sauvage, Sir J. Fraser Stoddart dan Bernard L. Feringa atas hasil unjuk rasa mereka
berupa rancangan dan sintesis dan mesin molekuler. Mesin berukuran nano ini
termasuk motor, lift, dan otot buatan
(artifisial).
57 tahun
selepas Feynman mbacotin perkara yang sangat sederhana ini, akhirnya terwujud
juga, diberi nobel pula. Desember 1959 pasnya, soal tanggal bisa di-nego,
Feynman bilang kalau pecandu kimia menjadi pemegang kunci untuk mewujudkan
gagasan mengenai mesin berukuran mini itu.
Feynman
sebenarnya sudah berusaha njajal bacotan-nya
supaya nggak mbacot doang, cuma ...ya begitulah... nggak maksimal. Barangkali karena saat itu Feynman lebih sibuk move on dari Mary Louise Bell (istri
kedua, pisah cerai) dan bersiap melaras hati berkelana mengiris janji menghuni
bisikan merajut asa dengan Gweneth Howarth (istri ketiga, sampai hembusan nafas
terakhir).
Richard
Phillips Feynman merupakan sosok iseng sejak dalam kandungan. Keisengan laki
yang berada di Bumi sejak 11 Mei 1918 terus menyerta jiwa hingga dia pindah ke
alam baka pada 15 Februari 1988. Keperluan pindah alam lantaran Feynman dibutuhkan
untuk ngisenin Newton dan Leibniz
biar tidak cekcok terus.
Atas dasar
keisengan pula Feynman memilih identitas sebagai fisikawan sembari iseng-iseng
mengelaborasi hal lain yang juga menawan terutama kaum puan. Sebagai fisikawan,
Feynman mendapat apresiasi mengesankan berupa Nobel Fisika pada edisi 1965.
Sebagai laki, dirinya berhasil mengiris hati beberapa puan yang dinikahi.
Sebagai peraih
nobel, nasib Feynman persis seperti tiga kimiawan pemenang nobel kimia 2016,
hadiahnya harus rela dibagi bertiga. Kala itu Feynman berbagi dengan Julian
Schwinger dan Sin-Itiro Tomonaga. Tapi tetap lumayanlah, daripada enggak sama sekali.
Sebagai
manusia berjenis kelamin laki, wajah ganteng Feynman membikin banyak kaum laki
merasa cemburu padanya. Barangkali atas dasar kecemburuan pada tingkat
kegantengan inilah yang membikin foto Einstein dengan pose yang nggak banget lebih banyak diumbar
alih-alih foto si ganteng nan iseng Feynman.
Tak cukup
Einstein, juga ditambah serta foto Hawking yang posenya nggak banget. Sebuah usaha yang berhasil membuat fisika lekat
dengan wajah nggak banget meski
fisikawan ganteng bejibun sebenarnya,
seperti Paul Adrien Maurice Dirac dan Brian Harold May. Fisikawanti yang
cantik juga banyak, cuma wanita sulit dimengerti.
Feynman
sendiri ketika masih kecil biasa dipanggil dengan sapaan Dick. Dick, alias
Feynman pas masih menjadi dedek gemesz unyu-unyu menggemaskan, memiliki sebuah laboratorium di rumahnya
yang biasa digunakan untuk bermain saat kesepian karena belum pacaran.
Di sana Dick dengan
mencoba menemukan apa saja: main lampu dan membikin sekring, membikin alarm
penyelinap di kamarnya (karena tak mau tidurnya diganggu), hingga membikin
sistem koil dengan pemantik api yang dilengkapi gas argon.
Bikinan
terakhirnya ini sempat membikin dia hampir mendapat marah dari ibunya. Mulanya
dia memainkan sistem koil bikinan sendiri. Saat sedang larut dalam permainan
percikan api berwarna ungu, ujug-ujug
apinya mencelat ke arah kertas hingga
membakar kertas tersebut.
Karena sudah larut,
Feynman tak mau acara mainnya dirisak kertas yang terbakar. Tanpa merasa
berdosa, dia membuang saja kertas terbakar itu ke tempat sampah di dekatnya.
Sayang dia lupa kalau di tempat sampah itu terdapat seonggok koran bekas. Akhlaknya
jelas tak patut ditiru, seperti Jessica Sooyoun Jung [제시카
정].
Saling sulut
api yang terjadi kemudian dengan segera merisak acara mainnya. Kamar Feynman
segera penuh dengan asap hasil dari saling sulut antara kertas buangan—saat itu dia belum menjadi aktivis
rokok—dan seonggok
koran bekas yang segera dipadamkan. Supaya tak dimarahi ibunya, dia segera
menutup pintu kamarnya biar ibu menyangka anaknya ini sedang bobok cakep.
Pengalaman
yang hampir membuatnya dijerat dakwaan berupa pengurangan uang jajan ini tak membikinnya
kapok. Tetap saja dia suka main di kamar. Pengalaman itu malah memberinya
gagasan bahwa kalau terjadi peristiwa tak diinginkan yang menyebalkan, segera
tutup pintu supaya ibu tak tahu dan mengira buah hati sedang bobok cakep.
Merasa bosan
bermain api, Dick ganti bermain radio dengan membawa radio tua dan rongsok yang
sudah rusak ke dalam kamarnya untuk diutak-atik. Tak jelas darimana dia
mendapatkan radio ini. Yang jelas radio ini berhasil dia perbaiki dan
mempromosikan namanya sebagai tukang reparasi radio berusia muda berwajah
tampan.
Sebagai tukang
reparasi radio yang masih berusia muda, Dick kerap mendapat permintaan dari
pelanggan dadakan. Permintaan ini
tentunya win win solution. Dick
sedang kesengsem bingitz bermain
utak-atik radio sementara pelanggan suka dengan kaum muda karena biasanya mau
dibayar murah.
Win win solution tersebut menambah jam terbang Dick
sebagai tukang reparasi radio. Jam terbang yang melatihkan kepekaan rasa
padanya. Hingga akhirnya dia bisa tahu letak kerusakan radio tanpa
menyentuhnya. Cuma memakai feeling doang,
seperti orang pacaran.
Teman-teman
Dick di sekolah lebih memilih meyebutnya sebagai ‘Mad Genious’ ketimbang ‘Most
Intelligent’. Dick memang pintar dan mece
seperti kelakuan kaum Jin (Genie
seperti judul lagunya Girls’ Generation [소녀시대]).
Kelakuan yang membikin Allah memilih mendahulukan jin daripada manusia kalau dituturkan
bersama dalam Alquran terkait kepintaran dan ke-mece-an.
Keisengan Dick
didasari hasrat kuatnya untuk dapat memecahkan teka-teki. Dia memang tak
pacaran saat remaja karena sadar bahwa teka-teki paling rumit adalah puan. Dia
sudah bisa menyadari fenomena yang baru diungkapkan Hawking sesudah gagal dalam
pacaran dan gagal dalam pernikahan beberapa dekade setelahnya.
Sebagai jalan
awal memecahkan teka-teki ini, Dick pun tertarik pada fisika, bahkan sebelum
fisika banyak diminati puan. Dick menyadari sepenuhnya bahwa kalau dia
berhubungan dengan puan, pasti dia disalahkan. Dick mengerti bahwa dirinya dilahirkan
sebagai cowok dan cowok selalu salah sejak awal diciptakan, walau kesalahan
Adam nuruti Hawa ada tepatnya juga.
Meskipun demikian,
Dick rada-rada mirip puan dengan rajin mencari-cari kesalahan. Sayang memang Dick
tak tertarik hukum, kalau tertarik hukum tentulah dia rajin mencari-cari
kesalahan untuk menambah uang jajan. Sayang juga dia laki, kalau puan tentulah
kerajinannya ini bisa menjadi sarana untuk menang-menangan. Sehingga kebiasaan
Dick mencari-cari kesalahan hanya sekedar untuk membetulkan.
Dick perlahan
sadar kalau kebiasaan isengnya membuka peluang pengurangan uang jajan dari
ibunya. Untuk itu dia memilih menghabiskan liburan musim panas saat sweet seventeen dengan bekerja di rumah makan. Berada di rumah makan saat
summer holiday tak enak dirasa bagi
laki yang masih sendiri. Untuk itu, dia memilih bekerja di dapur saja biar
menghindari melihat orang sedang pacaran mesra.
Di dapur, Dick
mendapat jatah harus memotong kacang panjang. Umumnya orang memotong kacang
panjang dengan diletakkan di atas meja lalu menggorokkan pisau di atas kacang
panjangnya untuk digerakkan naik-turun. Dick yang tipikal males dan nggak sabaran,
mencari cara lain biar bisa cepat.
Cara lain
didapatkannya dengan men-jejer lima bilah pisau secara pararel (seperti
baris-berbaris) di atas baskom kuwung penampung. Pisau tersebut menghadap atas
biar kacang panjangnya tinggal dipegang dua buah sisi ekstrimnya dan digerakkan
sekali. Tinggal krees ... kress...
kress... beres jatah memotong kacang panjang.
Beres lebih
cepat daripada cara yang biasa dipakai orang. Sayangnya cara lain ini tak
segera diberitahukan Dick pada juragan. Mungkin dia terlalu asik memainkan
prosesnya dan gembira menikmati hasilnya hingga penemuannya tak sempat
dilaporkan.
Alhasil, dari
kelupaan melaporkan penemuan ini, dia sempat kaget saat juragan melakukan
inspeksi mendadak ke dapur. Merasa belum memberi tahu cara yang tak tercantum
dalam job description, Dick segera panik. Kepanikan ini membikinnya tak
hati-hati. Jadilah penemuan yang sempat membahagiakan malah melukai jari
tangannya sendiri.
Kepanikan ini
yang membuatnya lupa menyingkirkan tangannya dari baskom penampung yang sudah
tak kuwung. Hasilnya, kacang panjang yang sudah teriris dan terkumpul di dalam
baskom menjadi merah terkena percikan darah. Dick pun malah kena marah.
Tak hanya
sekali itu saja Dick kena marah gara-gara ‘penemuan’-nya. Dia hanya beruntung
tidak hidup di lingkungan basyar
tanpa insan dan naas seperti banyak terdapat di beragam tempat pada zaman kekinian dan kedisinian ini.
Meski rajin
mendapat seruan amarah, Dick tidak kapok. Dick malah kesengsem dengan proses
dan hasil ‘penemuan’-nya yang memberikan jalan iseng berikutnya. Sebagai pemuas
hasrat keisengan berikutnya, Dick memilih MIT (Massachusset Institute
Technology) sebagai medan pelampiasan.
Di MIT keisengannya
semakin menjadi-jadi. Tinggal sekamar dengan dua pelajar tingkat akhir saat
Dick masih tingkat awal, dia iseng nguping
obrolan dua teman sekamarnya ini. Dick tak peduli nguping itu tindakan tidak terpuji karena terpuji atau tercela
hanyalah pandangan manusia ‘satu meter’ yang sudah puas saat mendapatkan
pengetahuan baru sebagai kesimpulan tak terbantahkan.
Sialnya, tindakan
tak terpuji Dick ini tak disertai sikapnya untuk terus hati-hati. Setelah
beberapa kali nguping obrolan seputar
mata kuliah fisika teori, Dick mendengar dua teman sekamarnya ini mengobrolkan
kesulitan mereka memecahkan soal. Dengan tanpa merasa berdosa, Dick nyeletuk, “Kok nggak menggunakan
persamaan Baronallai saja bro?”
Tentu saja dua teman sekamarnya bingung. “Maksud loe....?” gitu tandas
mereka.
Dick yang
merasa iba pada dua kakak tingkatnya ini kemudian menjelaskan maksud celetukan
barusan. Dua teman sekamarnya ini terkesan dengan kelihaian Dick menyelesaikan
soal rumit bagi mereka dengan cara sangat gampang. Sebagai imbalannya, Dick
diingatkan kalau yang dimaksud adalah Bernoulli
bukan Baronelli.
Wajar Dick
salah istilah. Dia hanya mendapatkan dari kebiasaan nguping yang ditindaklanjuti
dengan mencari tahu sendiri tanpa bisa mendapat kawan sepadan untuk
mengobrolkan. Walakin sejak saat itu Dick mendapat kesempatan untuk terlibat
obrolan dengan dua teman sekamarnya.
Keisengan
tanpa rasa berdosa kembali dilakukan Dick. Kali ini dia pura-pura sebagai orang
bisu ketika hendak membeli susu. Dia menyebutkan kata susu di bibirnya tanpa
menyuarakan pita suaranya. Penjual pun merasa bingung.
Tak mau
keisengannya berantakan, Dick lalu mengarang isyarat untuk susu dengan
memeragakan gerakan tangan seperti sedang meremas memeras susu. Penjual malah
merasa bingung. Beruntung di tengah manuver
keisengan, ada seorang laki membeli susu.
Tanpa
lama-lama, Dick kemudian menunjuk susu yang dibeli laki itu. Jadilah penjual
susu segera memahami maksud Dick dan mengambilkan susu untuknya. Setelah susu
diberikan padanya, dengan nada biasa saja Dick nyeletuk, “Terima kasih banyak
pak.” Penjual susu baru saja menyadari kalau dia baru saja ditipu. Hanya saja
dia tak marah, yang penting dagangan laku.
Sesudah
menyelesaikan segala keisengan harian di MIT, Dick melanjutkan ke fakultas
pasca sarjana di Princeton. Suatu kali sesudah makan malam, ada pengumuman
tentang kedatangan profesor psikologi yang akan mbacot tentang hipnotis. Rencananya akan ada demonstrasi hipnotis,
jadi diperlukan sukarelawan untuk dihipnotis.
Dick yang
selalu ingin tahu perkara yang tidak dimengertinya langsung semangat. Sayang waktu
Dick menghadiri acara itu, dia duduk di ujung belakang karena telat. Ruangan
itu dipenuhi oleh sekitar 200 orang, padahal hanya diminta tiga orang
sukarelawan.
Dick yang
khawatir tidak terlihat karena duduk di belakang langsung siap-siap berteriak sekencang
mungkin. Sewaktu Dr. Eisenhart, dekan pasca sarjana di Princeton, bertanya,
“Jadi, saya ingin bertanya apakah ada yang berminat menjadi sukarelawan…”
Dick langsung
mengacungkan tangan dan loncat dari bangkunya sambil berteriak sekeraskerasnya
karena takut tidak terdengar, “SAYAAA…!!!” Suaranya bergaung di seluruh aula
karena ternyata tidak ada orang lain yang mengacungkan tangan dan mengajukan
diri untuk jadi sukarelawan! Modiyar
kueeee....
Rasa ingin
tahunya ini bukan cuma pada persoalan fisika dan psikologi saja. Di ruang
makan, Dick selalu duduk bersama kelompok orang yang berbeda setiap pekannya.
Satu pekan dengan para filosof, minggu berikutnya dengan para penggila
matematika, lalu jalan-jalan ke meja pelajar yang menekuni biologi. Semua ini dilakoni
karena dia selalu ingin tahu obrolan masing-masing kelompok.
Dick lalu
diajak untuk ikut kuliah fisiologi sambil ikut mengerjakan tugas dan laporan
seperti pelajar lainnya. Sewaktu dia menjelaskan catatannya di kelas biologi,
dia sering ditertawakan seluruh kelas karena salah menyebut istilah biologi.
Misalnya blastomere disebut blastophere.
Belum lagi
sewaktu ada yang presentasi tentang impuls pada syaraf. Waktu itu kucing
dijadikan contoh. Ada bermacam nama otot yang tidak dimengerti oleh Dick, jadi
dia pergi ke perpustakaan untuk mencari tahu tentang letak otot-otot itu di
badan kucing.
Saat sedang
mencari tahu di perpustakaan, dengan lugu Dick bertanya ke petugas perpustakaan
tentang peta kucing. Pustakawan itu sih mengerti kalau yang dimaksudkan
sebenarnya bagan binatang, tapi kejadian itu begitu lucu sampai tersebar
desas-desus tentang seorang pelajar biologi yang sangat bodoh yang mencari
‘peta kucing’.
Dick tak
pandang dimensi ruang dan waktu saat melakukan keisengan. Saat sedang bekerja di
Los Alamos, Dick sempat membaca artikel tentang anjing pelacak. Dia terkesan
sekali dengan kemampuan penciuman anjing yang sangat hebat itu. Langsung saja
dia melakukan percobaan dengan bininya.
Sejumlah botol
minuman berkarbonasi dikumpulkan tanpa disentuhnya, lalu sang bini diminta
mengambil salah satu dan memegangnya beberapa saat. Dick sendiri keluar ruangan
supaya dia tidak melihat botol mana yang dipegang oleh bini.
Begitu dia
masuk dan mencoba menebak yang mana, dia langsung tahu dengan menggunakan cara
fisika! Botol yang sudah dipegang bininya suhunya pasti berbeda, baunya juga
jadi berbeda, lebih lembab dan lebih hangat.
Dick
menganggap percobaan itu terlalu mudah. Jadi dicobanya lagi dengan buku di rak
buku yang lama tidak disentuh-sentuh. Bininya memilih salah satu buku dan
membukanya sebentar, lalu mengembalikan lagi ke rak.
Sewaktu Dick
masuk dan mencoba menebak, dia langsung tahu dari kelembaban dan bau yang
berbeda pada buku yang sudah dipegang. Buku yang sudah lama tidak dipegang
baunya kering. Dia berhasil mengetahui rahasia anjing pelacak! Jadi hati-hati
kalau menyisipkan sesuatu ke dalam buku biarpun buku itu kelihatannya lama tak
pernah lagi dibaca.
Rasa ingin
tahu, penasaran, dan keberanian yang dilengkapi keisengan ini menjadi modal
utama Feynman saat bekerja sama dengan para ahli fisika top kala itu. Suatu
kali Niels Bohr berkunjung dan mengajaknya ngobrol tentang cara membuat bom
yang lebih efisien.
Gagasan-gagasan
Bohr yang waktu itu didewakan dibahas semua. Dick dengan santai mengutarakan
pendapatnya. Jika ada gagasan yang menurutnya jelek, dia langsung
mengungkapkannya tanpa takut dan segan.
Karena
keterusterangannya Dick selalu jadi orang pertama yang diajak untuk diskusi
oleh Bohr. Orang lain selalu menjawab: Ya, ya, Dr. Bohr. Semua begitu kecuali
Dick yang berani menjawab: Tidak, itu tak akan jalan, tidak efisien… gini aja lho bro...
Niels Bohr
sangat terkesan dengan keterusterangannya ini. Saat Bohr mendapatkan kemapanan,
kehadiran tipikal mbedhul dan mbeling seperti Dick adalah satu oase di
tengah gurun gersang akan keterusterangan.
Di Los Alamos,
semua berkas penting tentang perkembangan pembuatan bom selalu disimpan dengan
rapi dalam lemari brankas yang dikunci dan digembok. Dick selalu merasa kunci
itu masih kurang aman. Dia lalu membuktikannya dengan cara membongkar satu per
satu semua brankas di sana.
Semua laporan
yang dibutuhkannya diambil sendiri dari brankas yang dikunci. Sesudah selesai,
dia mengembalikan laporan itu kepada yang punya. Sudah pasti orangnya langsung
bingung karena tidak pernah meminjamkan berkas itu ke siapa pun.
Dengan tenang
Dick mengakui dia mengambilnya sendiri dari brankas dengan cara membongkar
kuncinya. Sudah cakep, iseng, tekun, terus terang pula, pasti bukan laki idaman
kaum Hawa karena puan bosan dengan kesempurnaan.
Sejak itu
kalau ada orang yang hilang atau pergi padahal ada berkas penting di lemarinya,
Dick yang bisa dengan gampang membongkar kunci kombinasi brankas segera mendapat
panggilan para pelanggan.
Kelihaian ini
dipraktikkannya juga setiap kali berkunjung ke Oak Ridge. Sampai-sampai semua
orang di sana tidak mengizinkan Dick untuk mendekati lemari brankasnya karena
keisengan Dick sudah begitu dikenal.
Sekali waktu
keisengannya membongkar brankas mencapai puncaknya. Dia membongkar tiga brankas
yang berisi semua rahasia bom atom. Ternyata ketiga brankas yang berjejeran itu
mempunyai nomor kombinasi yang sama. Otak isengnya mendorongnya untuk
meninggalkan catatan di ketiga brankas yang dibongkarnya itu.
Di brankas
kedua dia meninggalkan catatan pertama: “Aku pinjam dokumen No. LA4312 –
Feynman, si tukang bongkar lemari besi.” Di brankas pertama dia menulis catatan
lain: “Yang ini tidak lebih susah membukanya – Si Sok Tahu.” Lalu pada brankas
ketiga: “Jika kombinasinya sama, yang satu tidak lebih susah dari yang lain –
Orang yang Sama.”
Malam harinya
sesudah makan malam, dia bertemu Freddy de Hoffman, orang yang brankasnya baru
saja dia utak-utik. Sewaktu de Hoffman hendak kembali ke kantornya, Dick
mengikutinya untuk menikmati hasil keisengannya itu. Saat de Hoffman mulai
bekerja, dia membuka lemari yang ditinggali catatan yang ketiga.
Wajah de
Hoffman langsung pias begitu melihat kertas kuning menyala dengan tulisan
krayon warna merah. Tangannya yang gemetar mengambil kertas itu dan langsung
menduga-duga siapa yang sudah membongkar lemarinya, “Orang yang Sama! Pasti
orang yang mencoba masuk ke Gedung Omega!” tukasnya.
Waktu itu memang
sedang marak kasus Gedung Omega yang belum bisa terungkap dengan jelas dan
laras. Dengan kebingungan de Hoffman bertanya ke Dick apa yang harus dilakukan.
Dick cuma mengusulkan untuk memeriksa berkasnya untuk mencari apa ada yang
hilang.
Kemudian
lemari yang lain juga diperiksa. Di lemari yang pertama dia menemukan catatan
kedua yang ditandatangani ‘Si Sok Tahu’. Muka De Hoffman makin pias saat Dick
berusaha menahan agar tak tertawa keras.
Begitu de
Hoffman hendak membuka lemari kedua, Dick pelan-pelan menyelinap ke pintu,
karena takut dimarahi habis-habisan. Catatan pertama pun ditemukan. Dan benar
saja! De Hoffman langsung lari mengejar Dick. Tapi bukan karena marah. Justru
dia merangkulnya karena sangat lega begitu mengetahui bahwa rahasia bom atom
belum bocor: cuma keisengan Dick Feynman!
Petualangannya
tidak berhenti di situ saja. Dick yang punya prinsip ‘Everything is Interesting’ ini terus saja bersemangat menelusuri
semua bidang yang sebelumnya tidak dia mengerti. Wajar kalau kisah cinta dengan
istri-istri tak semuanya bisa abadi.
Dick berhasil
memecahkan tulisan kuno bangsa Maya (hieroglif kuno), trik-trik pesulap
terkenal James ‘The Amazing’ Randi,
melukis berbagai potret, menjadi pemain bongo yang hebat, dan menguasai
geografi berbagai tempat di dunia hanya dengan cara mengoleksi perangko.
Semua
kelihaian itu semula tidak dimilikinya. Dick mempelajarinya karena iseng dan penasaran.
Dick tidak bisa menggambar, jadi dia mencoba coret-coret di atas kertas. Dick
tidak mengerti musik, jadi dia asal memukul gendang. Dia selalu memikirkan perkara
maupun peristiwa yang males dipikirin oleh orang lain.
Gagasan Dick
selalu sederhana (bukan sepele atau remeh) dan unik. Berbagai eksperimennya
selalu disebut simple to the point
experiment. Sampai-sampai dia dijadikan icon
oleh perusahaan komputer terkenal dalam satu iklannya: Think Different.
Semuanya
dikerjakannya dengan satu syarat: bisa dikerjakan sambil main-main. Satu kalimat
yang selalu diucapkannya, “What do you
care what other people think?” Belakangan ditiru oleh Paris
Whitney
Hilton
dalam membangun ke-ratu-annya.
Dick selalu
menyampaikan pesan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan rasa
gembira.
Jika berkutat dengan masalah fisika, atau masalah apa pun, tak perlu memikirkan
hasil yang bisa didapatkan. Kosok balinya, fisika itu dianggap sebagai mainan
yang bisa dijadikan sarana untuk berpetualang. Dengan begini, kreativitas bisa
mengalir lancar dan tanpa beban.
Satu lagi
resepnya untuk belajar fisika: pelajari sendiri tanpa harus terikat dengan
aturan-aturan yang sudah ada di buku-buku pedoman. Dengan mempelajarinya sendiri,
kita jadi mengerti konsepnya. Kita pun tidak mudah lupa. Asik ‘kan? You Think.... RUMANGSAMU gampang no??? Mas pelanggaran akhlak massss....